Jumat, 22 November 2024

Polemik Reog, Bupati Ponorogo Klaim Sudah Ajukan untuk Didaftarkan ke UNESCO

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Atraksi 20 Reog Ponorogo di Parade Budaya dan Bunga 2016 di Jl. Pahlawan Surabaya, Minggu (22/5/2016). Foto: Dok. suarasurabaya.net

Sugiri Sancoko Bupati Ponorogo buka suara terkait polemik kesenian Reog. Malaysia akan mengklaim dan mengajukan Reog ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai warisan budaya mereka.

Sugiri mengatakan, pihaknya sudah mengajukan kesenian khas Ponorogo tersebut ke Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada 31 Maret lalu untuk diajukan ke UNESCO.

“Saya sudah mengusulkan Reog Ponorogo untuk diajukan ke UNESCO, persyaratan yang diminta oleh Kemendikbud Ristek berupa video 10 menit dan beberapa dokumen lainnya tentang penelitian kesenian itu sudah kami berikan,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (9/4/2022).

Terdapat empat nominasi tunggal untuk kesenian dan kebudayaan yang akan diajukan oleh Pemerintah ke UNESCO, Yakni Reog, Tempe, Jamu, dan Tenun. Namun secara mengejutkan pada 4 April lalu, Kementerian yang dipimpin oleh Nadiem Makarim tersebut lebih memilih jamu untuk diajukan terlebih dahulu.

Jika nantinya akan ada kajian ulang oleh Pemerintah Pusat untuk memilih Reog, batasan waktu akan diberikan sampai 13 atau 14 April untuk dilakukan asistensi. Meski demikian, lanjut Sugiri, dokumen dan naskah akademik untuk persyaratan awal yang diajukan ke Direktorat Perlindungan Kebudayaan Kemendikbud Ristek sudah lengkap.

Pihaknya mengaku kecewa atas keputusan yang diambil oleh Nadiem Makarim, untuk memilih jamu ketimbang Reog. Kesenian Reog sendiri dinilai lebih memiliki urgensi untuk segera diajukan ke UNESCO, mengingat nilai seni dan budayanya yang sangat tinggi.

“Reog ini sudah mau diklaim oleh negara lain, tapi kenapa negara kita ini kok tidak kunjung diajukan ke UNESCO. Kalau sudah diajukan dan terdaftar, biar pun negara lain mau pakai untuk acara-acaranya, justru malah saya bantu biar makin populer budaya khas Ponorogo ini,” tambahnya.

Bupati Ponorogo juga menjelaskan, segala upaya yang dilakukan oleh Malaysia selama ini untuk mengklaim budaya Reog, tidak lain karena banyaknya warga Bumi Rego julukan Kabupaten Ponorogo menetap di Negeri Jiran tersebut.

“Banyak warga keturunan Ponorogo disana yang jadi akademisi, budayawan, bahkan pernah ada yang jadi Menteri. Artinya Reog berkembang disana sama seperti berkembang di daerah lain di Indonesia. Berkembang di sana boleh, tapi ya seharusnya jangan di akui,” jelasnya.

Sugiri berharap, Kemendikbud Ristek bisa segera mengabulkan harapan warga Ponorogo bahkan warga Indonesia, agar sekali lagi lebih memprioritaskan Reog untuk segera diajukan ke UNESCO sebagai kesenian khas negara ini.

Jika nantinya akan ada arahan dari Kemendikbud Ristek terkait hasil asistensi dengan memillih Reog untuk diajukan, pihaknya dengan senang hati akan terus membantu semaksimal mungkin.

Sebelumnya, Khofifah Indar Parawansa Gubenur Jawa Timur pada, Jumat (8/4/2022), meminta dan berkoordinasi dengan Bupati Ponorogo untuk menyiapkan dokumen yang menunjukkan sisi sejarah dan dokumen penguat bahwa Reog merupakan kesenian khas Ponorogo.

“Ini juga masih dikuatkan jadi dari sisi kesejarahan harus diberi testimoni oleh seluruh masyarakat,” jelas Khofifah usai melakukan pertemuan dengan Eri Cahyadi di Balai Kota Surabaya, Jumat (8/4/2022). (bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs