Jumat, 22 November 2024

Perkembangan Kota Hingga Kontur Tanah Surabaya Picu Banjir di Surabaya

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Banjir di pasar sore Manukan Surabaya pada Minggu (3/4/2022). Foto: Oriza Ovatisya Susanto via e100

Lilik Arijanto Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya menjelaskan ada beberapa hal yang memicu terjadinya banjir di Surabaya, mulai dari perkembangan kota yang begitu pesat hingga kontur tanah Surabaya.

Kata Lilik, perkembangan Kota Surabaya yang begitu pesat membuat banyak lahan yang dulunya terbuka sekarang tertutup oleh bangunan sehingga daerah resapan air semakin berkurang.

“Kami harus mempersiapkan agar saluran kita bisa mengejar pertumbuhan itu karena dulu tempat lahan hijau punya kemampuan meresap air hujan, sekarang dengan perkembangan kota, daerah resapan semakin hilang,” ujarnya dalam gelar wicara di Radio Suara Surabaya, Rabu (6/4/2022).

Banjir di Jalan Demak, Surabaya pada Minggu (3/4/2022). Foto: Agus Haryanto via WA SS

Selain itu kondisi saluran air yang memanjang dari hulu ke hilir yang terletak di kontur tanah yang Kota Surabaya landai, membuat perjalanan air menjadi sulit.

“Karakteristiknya salurannya panjang dari hulu ke hilir, juga landai bukan curam. Sehingga buangnya gak semudah itu,” terangnya.

Ditambah lagi kondisi Surabaya yang dipengaruhi muka air laut sehingga kapasitas saluran tidak bisa digunakan maksimal ketika air laut pasang. Sehingga mau tidak mau penanganan banjir menggunakan sinergi antara kolam tampung dan pompa air.

“Kemampuan tergantung pompa dan penampungan. Penampungan ini bisa bozem bisa juga kolam tampung yang dibentuk pengembang dan pengusaha di Kota Surabaya,” ujarnya.

Namun problem kolam tampung yang dibangun oleh pengembang dan pengusaha di Kota Surabaya ini kata Lilik terkesan hanya sebagai pelengkap bangunan.

 

“Kolam tampung bagi mereka hanya sebagai bangunan yang disediakan untuk ruang yang sebesar kolam tampung, tapi pemanfaatannya tidak seperti kolam tampung. Kolam tampung sebenarnya esensinya ketika hujan dalam posisi kosong, setelah penuh baru mengalir keluar. Selama ini yang terjadi kolam tampung ketika hujan datang langsung terbuang keluar. Kita berusaha mengkoordinasikan untuk menghidupkan kembali dan memaksimalkan itu,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut ia juga menjelaskan penyebab banjir di sejumlah titik pasca hujan deras yang turun hari Minggu, 3 April 2022 lalu.

Ruas jalan yang dilaporkan terendam banjir dengan ketinggian 10-60 sentimeter kepada Suara Surabaya hari Minggu mulai pukul 18.30 WIB adalah Petemon Kali, Petemon Barat, Simo Hilir Utara Raya, Pasar Modern Citraland, Raya Dukuh Kupang, HR Muhammad, Graha Family, Unesa, Wiyung, Wonokromo, Gunungsari, Raya Bukit Golf International, Konjen Amerika arah Diamond Hill, Jelidro, Banjar Sugihan, Darmo Satelit, Kedung Anyar, Bromo, Demak, Exit Tol Pasar Turi, Genting Tambak Asri, Bronggalan, Manyar Rejo, dan Raya Mulyosari.

Lilik mengatakan, curah hujan di hari Minggu tersebut berbeda dengan curah hujan beberapa hari sebelumnya.

“Di hari Minggu kemarin posisi curah hujan agak berbeda dengan hari sebelumnya tapi apapun kondisi perkembangan hujan yang akan datang, kami selaku petugas di Sumber Daya Air harus bisa mengatasi kondisi di lapangan,” katanya.

Ia juga menambahkan banjir di beberapa titik itu terjadi karena saluran air penuh sehingga airnya tumpah ke jalan.

Seperti yang ada di Banyu Urip, kata Lilik, box culvert setinggi tujuh meter yang disiapkan untuk antisipasi banjir di sana ikut meluber karena semua aliran air masuk ke sana.

“Kejadian hari Minggu terjadi genangan di beberapa tempat, kalau kita lihat salurannya sudah penuh dan melimpah, bagi kami ini menandakan saluran kita untuk menampung dengan kondisi hujan seperti kemarin sudah tidak bisa dibiarkan terus menerus. Kita harus punya rekayasa untuk mengantisipasi kondisi ke depan kalau hujannya seperti kemarin,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut ia juga menepis pandangan penanganan Pemkot Surabaya terhadap genangan saat ini berbeda dengan yang dulu, karena indikator yang dilihat adalah di lapangan.

“Tapi sebenarnya operasional pompa sama seperti dulu bahkan lebih bagus karena kita sekarang dibantu kecamatan dan kelurahan untuk pengawasan operasional pompa. Mereka sebelum hujan ke lapangan membantu kami menginformasikan kalau ada masalah di rumah pompa,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs