Jumat, 22 November 2024

Pengamat Ungkap Tiga Risiko Keamanan dalam Lawatan Jokowi ke Ukraina dan Rusia

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Jokowi Presiden tiba di Indonesia, Jumat (5/11/2021), sesudah kunjungan kerja ke tiga negara sepekan terakhir. Foto: Biro Pers Setpres

Joko Widodo Presiden RI mengagendakan kunjungan kerja ke Kota Kiev, Ukraina, dan Moskow, Rusia, dalam rangkaian lawatan ke Eropa.

Sebelum bertemu Volodymyr Zelensky Presiden Ukraina dan Vladimir Putin Presiden Rusia, hari ini, Minggu (26/6/2022), Presiden akan terbang ke Jerman untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7.

Ridlwan Habib Direktur The Indonesia Intelligence Institute menilai langkah Jokowi bertemu dua pemimpin negara yang tengah terlibat konflik tersebut lebih berani dari Joe Biden Presiden Amerika Serikat.

“Jokowi lebih berani dari Joe Biden, karena Biden hanya bisa berkomentar dari jauh, sedangkan Jokowi datang langsung menemui kedua pihak yang bertikai,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Minggu (26/6/2022).

Pengamat intelijen Universitas Indonesia itu menambahkan, langkah Jokowi sangat strategis di tengah ketidakpastian global.

“Dunia terancam krisis energi dan krisis pangan karena perang Ukraina dan Rusia. Langkah Jokowi menemui kedua pemimpin negara itu benar-benar ditunggu publik dunia,” imbuhnya.

Di sisi lain, Ridlwan mengingatkan supaya faktor keamanan benar-benar dihitung dengan matang.

Dia melihat ada tiga risiko keamanan yang harus diantiaipasi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan komunitas intelijen Indonesia yang bertugas pada waktu kunjungan itu.

Pertama, risiko colateral war atau dampak tidak disengaja pada waktu kunjungan.

“Karena Kiev masih menjadi sasaran Rusia, bukan tidak mungkin pada saat kunjungan Jokowi bersamaan dengan serangan pesawat tempur atau rudal jarak jauh. Mungkin tidak ditujukan pada Presiden Jokowi, tapi karena berada di kota yang sama, harus waspada dampaknya,” katanya.

Risiko yang kedua, datang dari pihak pihak gelap yang tidak ingin kunjungan berhasil. Karena, kalau berhasil, Jokowi dianggap mempermalukan mereka.

“Ini juga harus diwaspadai karena di medan perang, anonim army atau pasukan gelap bisa saja beroperasi, mereka berupaya mempermalukan Ukraina sebagai tuan rumah,” imbuhnya.

Kemudian, risiko yang ketiga, waktu kunjungan ke Moskow, Rusia, pihak Rusia harus benar-benar menjamin keamanan Jokowi dari pihak pihak anti Rusia yang tidak ingin hubungan Indonesia Rusia berjalan baik.

“Walau pun bukan medan perang, namun risiko di Kota Moskow sama dengan kota Kiev,” paparnya.

Tapi, Ridlwan yakin tim pengamanan gabungan yang terdiri dari Direktorat B BAIS, Direktorat 1 Luar Negeri BIN, Paspampres dan berbagai dukungan tim lainnya mampu membuat kunjungan bersejarah Jokowi lancar.

“Ini mirip dengan kunjungan Soeharto ke Sarajevo Bosnia pada Maret 1995, semoga semuanya aman dan sukses,” pungkasnya.

Sebelumnya, Retno Marsudi Menteri Luar Negeri RI bilang kunjungan Jokowi Presiden ke negara yang sedang perang merupakan bentuk kepedulian Indonesia terhadap isu kemanusiaan.

Selain itu, juga untuk memberikan kontribusi dalam menangani krisis pangan imbas perang, serta mengupayakan perdamaian.(rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs