Jumat, 22 November 2024

Pengamat: Dunia Kerja Tak Bisa Memenuhi Lulusan di Semua Jurusan

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Antara

Sebanyak 80 persen pekerja bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan atau latar belakang pendidikan yang diambil. Hal itu disampaikan oleh Nadiem Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) pada 26 Oktober 2021 lalu.

Dapat disimpulkan, para lulusan baru atau fresh graduate tidak hanya bersaing dengan sesama jurusannya, namun juga bersaing dengan para lulusan di berbagai bidang ilmu.

Yusak Novanto Dosen Psikologi Industri Universitas Pelita Harapan (UPH) mengungkapkan, harus diakui bahwa kondisi dunia kerja saat ini tidak selaras dengan jumlah lulusan di berbagai keilmuan.

Hal itu lah yang mengakibatkan banyak lulusan yang melamar kerja di luar bidangnya, karena bisa jadi, kebutuhan lulusan di bidang pendidikannya tidak banyak.

“Pada prinsipnya, memang sekarang dunia kerja masih merasa bahwa dunia pendidikan tidak bisa secara langsung memenuhi permohonan mereka. Itu fakta yang terjadi di masyarakat saat ini,” kata Yusak kepada Radio Suara Surabaya dalam program Wawasan, Kamis (17/2/2022).

Ia mengungkapkan, bidang pekerjaan yang sering diisi oleh lulusan lintas disiplin ilmu, kebanyakan adalah bidang administrasi, perkantoran dan operasional.

Namun untuk bidang kerja spesifik, dianggap masih cukup aman karena secara khusus memerlukan lulusan dibidang keilmuannya seperti engineering, petugas medis dan mereka yang bekerja di bidang sains dan teknologi.

Pekerja yang bekerja di luar bidang keilmuan, lanjut Yusak, dampaknya akan terlihat saat mereka akan naik jabatan dan berada di posisi pengambil keputusan. Karena saat di bidang itu, mayoritas perusahaan akan membutuhan sertifikasi formal maupun non formal sehingga pekerja harus mendapatkan tambahan pendidikan di bidang itu.

“Berdampaknya secara personal karir, itu akan sulit naik kecuali mereka mendapatkan suntikan tambahan seperti sertifikasi training atau mengambil S2 sesuai yang mereka kerjakan saat ini. Mereka harus mendapatkan pendidikan tambahan baik secara formal maupun non formal,” paparnya.

Meski begitu, Yusak menyebut ada kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki pekerja baik yang sesuai jurusannya maupun tidak. Kompetensi itu seperti creative thingking, critical thingking, leadership, learning skill dan kemampuan problem solving.

Kemampuan tersebut, seharusnya sudah mulai diasah mahasiswa sejak mereka mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Atau minimal, sebelum para pelajar beranjak ke pendidikan di perguruan tinggi, pihak sekolah sudah memberikan wadah untuk pelajar dapat mengenali diri mereka, tentang bidang apa yang mereka minati dan bagaimana kondisi keuangan keluarga.

“Harus mengenal diri sendiri dulu. Biasanya di SMA ada pengenalan diri. Misal kemampuan kita di mana, lalu kemampuan finansial orangtua bagaimana, apakah butuh beasiswa dan sebagainya,” jelasnya.

Selain itu, para pelajar dan mahasiswa juga harus up to date untuk melihat pekerjaan apa saja yang berpotensi hilang di masa depan. Sehingga mereka dapat mempertimbangkan antara kepeminatan dan potensi pekerjaan yang muncul nantinya.

“Kita harus melihat tren seperti yang disampaikan di World Economic Forum atau yang disampaikan ILO, ada yang dokumen-dokumen yang menjelaskan kepada kita, profesi-profesi apa yang akan hilang di masa depan,” tuturnya.

Yusak menyarankan, mahasiswa harus mengembangkan kemampuan, bukan hanya di disiplin keilmuannya saja, tapi untuk mengasah kemampuan di bidang lain dengan mengikuti berbagai program.

“Agar ketika kuliah mereka juga terasah, mereka punya waktu untuk mengambil program-program kemampuan yang kiranya dibutuhkan,” ujarnya.(tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs