Peneliti Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menemukan satwa langka berupa buruh paruh katak (Podargidae) di Pulau Curiak yang menjadi Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah “Sutarto Hadi” di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
“Burung unik dan langka ini bertengger di dahan pohon putat (Planchonia valida) bersama dengan induk betina dan anaknya yang cukup besar,” kata Amalia Rezeki, pengelola Stasiun Bekantan di Banjarmasin, Minggu (9/10/2022) dikutip dari Antara.
Ia mengakui, baru pertama kali melihat buruh paruh katak yang berbulu coklat atau keabu-abuan setelah lima tahun melakukan penelitian di kawasan stasiun riset.
“Sebelumnya saya pernah melihat di kebun binatang di Australia, tapi ukurannya lebih besar,” ujarnya.
Amel menjelaskan bahwa sebagian besar burung pemakan serangga beraktivitas di siang hari (diurnal). Sedangkan pada malam hari, burung pemakan serangga hanya terdapat dua suku seperti burung cabak (Caprimulgidae) dan burung paruh katak.
Sementara Ferry F. Hoesain, praktisi Wildlife Conservation dari Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia mengatakan bahwa keberadaan burung paruh katak di alam liar terus terjadi penurunan populasi, sehingga burung tersebut masuk dalam daftar merah Lembaga Konservasi Internasional IUCN dengan status “Near Threatened” (hampir terancam punah).
Ferry berharap keberadaan burung paruh katak di kawasan Stasiun Riset Bekantan dapat terjaga dengan baik, mengingat burung endemik Kalimantan cukup langka terlebih jurnal ilmiah mengenai burung tersebut sangat sehingga perlu penelitian lebih lanjut tentang populasi serta perilaku burung tersebut untuk mendukung upaya pelestariannya.
Ia mengakui, penyebab utama penurunan populasi burung paruh katak adalah rusaknya habitat yang membuat burung tersebut sulit ditemui.
Untuk itu, diperlukan upaya pemerintah untuk melindungi burung langka dan endemik agar terhindar dari kepunahan.
“Peran masyarakat juga diharapkan dapat menjaga kelangsungan hidup burung ini agar generasi selanjutnya dapat melihat dan menikmati keunikannya di alam liar,” tutupnya. (ant/rum/iss)