Tim peneliti di China berhasil mengidentifikasi asal usul, evolusi, dan penyebaran virus H5N1, yang menyebabkan wabah flu burung secara global.
Penelitian tersebut, dilakukan oleh Institut Penelitian Kedokteran Hewan Harbin (Harbin Veterinary Research Institute) di bawah Akademi Ilmu Pertanian China. Dan dipublikasikan dalam jurnal Emerging Microbes & Infections.
Virus H5N1 ini, muncul di Belanda pada Oktober 2020 sebagai rekombinasi virus flu burung H5N8 dengan subtipe, seperti H1N1 dan H3N8.
“Virus H5N1, telah menyebabkan kematian lebih dari 70 juta unggas domestik di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Utara sejak Oktober 2020,” ujar Chen Hualan Ketua Penelitian, dari Institut Penelitian Kedokteran Hewan Harbin, seperti yang dikutip dari Antara pada Selasa, (12/7/2022).
Para peneliti menemukan, virus tersebut mengalami pertukaran gen yang rumit dengan berbagai virus yang menyebar di antara burung-burung liar serta membentuk 16 genotipe sejak kemunculannya.
Peneliti kemudian mengisolasi 13 galur virus H5N1 dari 26.767 sampel burung dan unggas liar yang dikumpulkan di China, pada September 2021 hingga Maret 2022.
“Ada empat genotipe virus H5N1 yang terdeteksi di China, yaitu G1, G7, G9, dan G10. Tiga di antaranya sebelumnya dilaporkan di negara lain,” ujar Chen.
Galur vaksin H5-Re14 yang saat ini digunakan di China, sangat cocok dengan virus itu. Hal tersebut menandakan bahwa, vaksin flu burung nonaktif trivalen H5 dan H7, secara efektif melindungi unggas yang telah di vaksin. Hasil tersebut mengajak negara lain, agar mem-vaksin unggas untuk melawan flu burung subtipe H5. (ant/des/ipg)