Senin, 25 November 2024

Penanganan Terkendala Pandemi, Tren Obesitas di Jawa Timur Terus Naik

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Budi Indrawati, pengelola program gizi Dinas Kesehatan Jawa Timur mengungkapkan, tren kasus obesitas pada balita dan orang dewasa di Jawa Timur makin tahun makin naik.

Pada tahun 2020 di Jawa Timur ada 5,67 persen balita yang obesitas. Jumlah ini naik pada tahun 2021 jadi 8 persen. Kemudian, pada tahun 2020 jumlah orang dewasa yang mengalami obesitas sebesar 16,09 persen dan tahun 2021 naik jadi 19,61 persen.

“Kami keliling ke daerah-daerah, ada yang orang tua yang suka lihat anaknya gemuk. Padahal anaknya sendiri yang merasakan napas susah. Temannya sudah lari kanan-kiri, dia masih merangkak,” kata Budi kepada Radio Suara Surabaya pada Hari Gizi Nasional 2022, Selasa (15/2/2022).

Melihat tren kenaikan kasus tersebut, Dinas Kesehatan Jawa Timur melalui program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (Gentas) terus memberikan advokasi pengetahuan gizi ke masyarakat untuk menurunkan jumlah kasus obesitas.

“Kami memantau melalui screening di seluruh atau 971 puskesmas di Jawa Timur. Biasanya di bulan Februari dan Agustus, tenaga pelaksana gizi yang ada di semua puskesmas melakukan screening pada anak sekolah yang obesitas,” ujarnya

Selama pandemi, Dinas Kesehatan Jawa Timur terpaksa menurunkan target penanganan obesitas karena Posyandu yang aktif hanya 65 persen.

Perlu diketahui, Budi menyebutkan ada berbagai macam penyebab kenaikan berat badan. Pertama, faktor genetik. kalau salah satu orang tuanya obersitas maka peluang anak mengalami obesitas adalah 50 persen. Peluangnya akan lebih besar kalau kedua orang tuanya obesitas. Kedua, faktor lingkungan, seperti banyak dan mudahnya akses untuk mengkonsumsi fast food. Ketiga, faktor hormonal seperti konsumsi obat-obatan seperti penambah nafsu makan.

Membiarkan seseorang mengalami obesitas dapat menyebabkan dampak jangka pendek dan panjang. Dampak jangka pendek misalnya  gangguan di pertumbuhan, daya tahan tubun menurun, gangguan pernapasan, sampai ke penampilan. Dampak jangka panjangnya dapat menyebabkan penyakit-penyakit tidak meular mulai jantung koroner, diabetes melitus, kanker, sampai komplikasi kehamilan.(iss)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
26o
Kurs