Jumat, 22 November 2024

Pemprov Jatim Gencarkan Vaksin Hewan Ternak untuk Cegah Penyakit LSD

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim saat meninjau vaksinasi hewan ternak. Foto: Humas Pemprov Jatim.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengidentifikasi adanya penyakit baru bernama Lumpy Skin Diseas (LSD) pada hewan ternak. Sejak dua pekan lalu kasus LSD sudah ditemukan di Kendal Jawa Tengah.

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim menjelaskan penyakit LSD disebabkan oleh virus pox. Penyakit tersebut menyerang hewan sapi, kerbau dan beberapa jenis hewan ruminansia liar.

LSD menyebabkan kulit hewan menjadi infeksi. Penyakit tersebut bersifat menular kepada sesama hewan namun bersifat zoonosis atau tidak menular ke manusia.

“Dua minggu lalu kasus LSD sudah dilaporkan masuk di Kendal, Jawa Tengah. Kita harus segera melakukan langkah-langkah antisipatif dan membangun kewaspadaan, jangan sampai LSD masuk Jatim,” kata Khofifah di Surabaya, pada Senin, (7/11/2022).

Untuk itu, Khofifah meminta seluruh Kepala Dinas peternakan kabupaten/kota di Jatim supaya mengambil tindakan konkret agar LSD tidak sampai masuk ke Jatim.

Langkah konkret yang dimaksud adalah dengan mempercepat vaksinasi LSD pada sapi perah maupun sapi potong di Jatim.

“Apabila ada sapi Jatim yang terindikasi terinfeksi LSD atau sudah tertular dengan vektornya. Segera lakukan tindakan pemberian vaksin,” imbuhnya.

“Belajar dari penyakit Mulut dan Kuku (PMK), sebaiknya sapi di Jatim segera divaksin baik sapi potong maupun sapi perah,” lanjut Khofifah.

Penyebaran penyakit ini berbeda dengan PMK. Jika PMK penyebarannya melalui udara, sedangkan LSD ditularkan oleh vektor meliputi nyamuk, lalat penghisap darah dan juga caplak atau serangga penghisap darah obligat.

Kemudian, dampak yang timbul akibat LSD berupa nodul atau benjolan setebal satu sampai tujuh centimeter. biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, dan ekor.

Munculnya nodul ini, biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40.5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif.

Kerugian yang ditimbulkan akibat LSD membuat hewan ternak kehilangan berat badan karena tidak nafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.

“Informasi yang kami dapat penyakit LSD ini cepat sekali menular dari kandang hewan sapi, dibandingkan dengan sapi lepas atau extensi,” kata Khofifah.

Sementara itu Wiku Adisasmito dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan vaksin LSD masih terbatas.

Dia mengungkap, produksi vaksin LSD ada di Afrika Selatan dan Mesir. Namun, saat ini Pemerintah Australia sudah membantu dan menyiapkan 400 ribu dosis vaksin untuk wilayah Sumatera.

Sedangkan untuk Jatim sudah dimintakan sekitar 300 ribuan dosis vaksin. Namun untuk pekan ini baru dikirim 50.000 dosis. Dan pemerintah menyediakan secara gratis.

Apabila peternak atau kepala daerah merasa butuh percepatan ketersediaan vaksin, Prof Wiku mengusulkan untuk meminta pengadaan vaksin peternak. Dengan kata lain, bisa mengadakan sendiri melalui koperasi atau asosisasi.

Harga vaksin LSD sekitar Rp20 ribuan. Ongkosnya jauh lebih murah dibandingkan dengan pakan ternak sapi (rumput) sekitar Rp30 ribu sehari.

“Jadi sekali suntik bisa memberikan perlindungan untuk satu tahun. Kita bisa belajar dari pengalaman PMK yang telat, sebisa mungkin di Jatim harus lebih cepat diberikan perlindungan dari LSD tanpa menunggu penyakitnya menyerang sapi,” pungkasnya.(wld/gat/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs