Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya melakukan normalisasi saluran air atau pelebaran sungai, dengan mengeruk lumpur di sepanjang sungai kawasan Mangrove Wonorejo.
Eko Juli Prasetya Kepala Bidang Drainase DSDABM Kota Surabaya mengatakan, normalisasi saluran air itu untuk mengembalikan lebar sungai seperti semula.
“Pengerukan memang untuk saluran sungai. Artinya, mengembalikan lebar sungai seperti semula. Dulu lebarnya 30 meter, di lapangan sekarang tinggal 20 meter dan yang 10 meter itu ditanami mangrove,” kata Eko, Senin (5/9/2022).
Eko menjelaskan, dari hasil normalisasi sungai itu, endapan lumpur-lumpur pengerukan diletakkan di jalan inspeksi sungai, tepatnya sisi tepi sungai. “Semakin lebar sungai tersebut, maka jalur inspeksi juga akan semakin lebar. Nah itu adalah jalur inspeksi yang ditanami oleh tanaman mangrove. Ketika kita melakukan normalisasi, maka tumbuhan tersebut tertimbun hasil pengerukan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Eko menerangkan bahwa sungai tersebut cukup dangkal. Maka, pihaknya berupaya bertemu dan berdiskusi bersama para pegiat lingkungan, untuk menentukan jarak antara jalur inspeksi sungai dan lokasi penanaman mangrove.
“Kedepannya kita akan duduk bersama dengan aktivis lingkungan agar tidak saling menyalahkan, karena kalau ingin menanam mangrove itu terkait fungsi saluran sungai harus di sebelah mana? karena masih di dalam lingkup sungai,” terangnya.
Untuk sungai yang dilakukan normalisasi tersebut, bermuara ke Mangrove Wonorejo dan Mangrove Kebon Agung Kota Surabaya. Sementara panjang sungai yang bermuara ke Mangrove Kebon Agung, mulai dari bozem Medokan Sawah hingga ke arah laut.
“Sedangkan dari Wonorejo juga dari Pompa Air Medokan Ayu hingga ke arah laut. Itu yang dilakukan normalisasi karena ada pendangkalan dan penyempitan. Ketika musim hujan, kita berharap outlet nya lancar ke arah laut,” terangnya.
Sementara itu, Antiek Sugiharti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya menambahkan, pengerukan itu juga untuk mengoptimalisasi fungsi saluran air.
“Hasil koordinasi dengan DSDABM, pengerukan saluran Wonorejo tersebut untuk meningkatkan dan optimalisasi fungsi saluran yang bermuara di bozem Wonorejo,” kata Antiek.
Selain itu, juga berkaitan dengan penanganan banjir beberapa waktu lalu di kawasan Medokan/Surabaya Timur. “Untuk pengerukan memang diperlukan tempat penampungan hasil pengerukan di jalan inspeksi/ruang di sepanjang tepi sungai (spoil bank),”jelasnya.
Terkait penempatan, secara teknis menurutnya sudah diarahkan pada tempat-tempat yang tidak ada mangrove, agar tidak merusak tanaman. “DSDABM akan melakukan pengecekan/monitor pekerjaan pengerukan, guna memastikan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu/merusak tanaman mangrove. Dan DKPP bersama-sama dengan OPD dan masyarakat akan melakukan reboisasi, penanaman mangrove pasca kegiatan pengerukan,” pungkasnya. (lta/bil/ipg)