Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan pelatihan pembuatan handycraft atau kerajinan tangan untuk penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih.
Peserta yang terdiri dari Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) hingga gelandangan itu mendapat pelatihan berupa pembuatan kalung, gelang hingga keset.
Imam Muhaji Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk pemberian keterampilan kepada para penghuni.
“Ada pembuatan kalung peluit untuk disabilitas. Yang mana nanti kita distribusikan atau kita arahkan ke sekolah-sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa). Harapan kita mereka yang tunawicara saat butuh bantuan, butuh pertolongan bisa meniup peluit,” kata Imam Muhaji, Kamis (13/10/2022).
Imam menyebut, hasil kerajinan karya penghuni Liponsos Keputih ini akan dijual melalui e-Peken.
“Jadi kita distribusikan, kita jual di e-Peken. Yang mana ada nilai ekonomisnya yang tentunya nanti kembali ke teman-teman atau penghuni,” katanya.
Tak hanya untuk menambah pendapatan penghuni Liponsos Keputih, lanjut Imam, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka ketika kembali ke daerah asal.
“Jadi harapan kita setelah reunifikasi atau pemulangan, mereka minimal punya keterampilan. Jadi di waktu senggang bisa dipergunakan untuk membuat keterampilan-keterampilan,” terangnya.
Di sisi lain, Imam mengungkapkan, pemberian keterampilan ini menjadi salah satu terapi aktivitas bagi mereka. Harapannya, mereka tidak selalu termenung di sela-sela kegiatan rutin seperti mengaji hingga terapi aktivitas kelompok.
“Dengan (pelatihan) ini dia (ODGJ) bisa saling koordinasi sama teman-temannya, melatih memori mereka, melatih konsentrasi juga. Dengan pemberian keterampilan juga menghindarkan mereka, mengurangi halusinasi atau bisikan-bisikan yang memang dari gangguan jiwa,” papar dia.
Dalam pelatihan yang berlangsung sejak kemarin dan berakhir hari ini, pihaknya juga mendatangkan instruktur pengajar. Sedikitnya pelatihan ini diikuti sekitar 30 orang pada setiap sesi. Sementara hari biasa, mereka didampingi oleh para pendamping.
“Jadi setiap hari ada kegiatan, pagi ataupun sore menyesuaikan dengan jadwal yang sudah kita susun dengan jadwal yang ada di barak. Jadi satu sesi kurang lebih sekitar 20 sampai 30 peserta. Nanti ada lagi kegiatan,” ungkap dia
Para peserta ODGJ yang mengikuti pelatihan itu, Imam menjelaskan, kondisi mentalnya sudah membaik. Mereka sudah bisa diarahkan dan tidak gaduh gelisah.
“Tentunya oleh struktur ini yang sudah bisa diarahkan, diajari terkait membuat gelang pola-polanya, membuat keset atau menjahit. Jadi mereka yang sudah bisa diarahkan,” imbuhnya.
Devi misalnya, salah satu peserta mengaku tak mengalami kesulitan dalam proses pembuatan kerajinan tersebut.
“Di sini buat kerajinan ada kalung peluit, gelang dan keset. Kalau kalung peluit itu lebih mudah, untuk keset agak susah. Senang ikut pelatihan dari pada tidak ada kegiatan,” kata Devi.
Dalam sehari, Devi mampu menyelesaikan sejumlah gelang dan kalung peluit. Sementara untuk keset, dalam sehari ia mampu menyelesaikan hingga proses 50 persen.
“Kalau gelang sehari bisa bikin tiga sampai empat. Kalau kalung, satu sampai dua. Dan kalau keset itu sehari dapat setengah, belum sampai 100 persen,” pungkasnya.(lta/dfn/ipg)