Berbagai upaya untuk memperindah Kota Surabaya terus dilakukan oleh pemerintah kota setempat. Mulai dari pemanfaatan luasan lahan ruang terbuka hijau (RTH), hingga proyek proyek pembangunan dan rehabilitasi sistem drainase untuk mencegah terjadinya banjir di Kota Pahlawan.
Di Surabaya, luasan RTH pada 2020 mencapai 21,99 persen dari luas total kota atau sebesar 7.356,96 Hektar. Secara kuantitas, proporsi dan jumlah tersebut telah memenuhi standar minimum kebutuhan RTH suatu kota.
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya pada Radio Suara Surabaya, Jumat (14/10/2022) mengatakan, adanya RTH di suatu daerah sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas udara.
“Kita nanti akan tetap mempertahankan yang milik Pemkot contohnya yang taman kota, gunanya untuk menjaga stabilitas udara yang bersih. Sedangkan kalau nanti ada pihak lain (swasta) yang akan melakukan pembangunan, tetap kita mintai juga agar menyediakan RTH. Contoh kalau ada perumahan baru, ya kalau bisa kita minta ada taman-nya,” jelas Eri saat mengisi program Semanggi Suroboyo.
RTH pada dasarnya tidak hanya berupa taman saja tetapi bisa juga meliputi lapangan, jalur hijau, dan lain-lain. Adanya RTH dianggap menjaga suhu udara dan iklim yang nyaman sehingga hal ini secara tidak langsung akan dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup seseorang.
Sementara terkait proyek drainase, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya, Jumat (14/10/2022) mengatakan, bahwa pengerjaannya dibagi dalam dua tahun tahapan, yakni di 2022 dan 2023. Untuk tahun ini, pengerjaan difokuskan pada titik-titik yang selalu menyebabkan kemacetan di mana-mana saat ada genangan air akibat tingginya intensitas hujan.
“Seperti di Jalan Semarang, Panglima Sudirman, dan sebagainya. Kita sudah lakukan crossing dan pembesaran saluran air, dan progressnya sudah sekitar 90 persen, tinggal topping (tutup)-nya yang belum,” ujar Wali Kota.
Seluruh pengerjaan tersebut, kata dia, memang ditargetkan selesai pada bulan November 2022 meski ada beberapa yang sudah selesai bulan ini (Oktober). Adapun anggaran sistem drainase di Kota Surabaya diketahui sebesar Rp541 miliar di tahun 2022, sedangkan di tahun 2023 ada peningkatan menjadi Rp867 miliar.
Adapula untuk menjaga Kota Pahlawan tetap bersih, di Surabaya telah terbentuk Sampah Hunter, sebuah komunitas yang terdiri dari elemen masyarakan dan tim dari pemkot itu sendiri. Nantinya, komunitas tersebut tidak akan segan untuk mengamankan masyarakat/warga yang membuang sampah secara sembarangan.
Sampah-sampah tersebut, lanjut Eri, selain membuat Surabaya kotor juga mampu menyebabkan banjir. “Jadi nanti mereka (para pelanggar) akan diberi sanksi sesuai dengan Perwali (Peraturan Wali Kota) yang ada. Alhamdulillah, saat ini sudah jalan tapi memang belum mencakup semuanya,” pungkasnya. (bil/iss)