Jumat, 22 November 2024

Pembentukan Awan Cumulonimbus Cukup Intensif Sebabkan Angin Kencang di Beberapa Daerah

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Kondisi awan cumulonimbus yang menyelimuti langit Surabaya, Rabu (24/2/2016) menjelang pukul 16.00 WIB, sebelum hujan lebat mengguyur Kota Surabaya. Foto: Samuel Harahap via e100

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan angin kencang beberapa waktu terakhir disebabkan pembentukan awan Cumulonimbus yang beberapa minggu ini cukup intensif.

Bahkan, angin kencang terkadang disertai dengan hujan berintensitas sedang hingga lebat.

“Dari analisis dinamika atmosfer terkini beberapa hari terakhir, pembentukan awan Cumulonimbus cukup intensif terutama di wilayah Jawa bagian barat dan selatan, dengan pembentukan awan cukup masif terjadi pada sore hingga malam hari, di mana proses konveksi di lautan cukup dominan,” ujar Miming Saepudin Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG  dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/2/2022).

Ia mengatakan dalam sepekan ke depan, potensi pertumbuhan awan Cumulonimbus masih cukup tinggi, seperti di Sumatera bagian tengah dan selatan, pesisir barat Sumatra, sebagian besar Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, serta Kalimantan bagian utara dan timur.

Sementara Agie Wandala Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG mengatakan terbentuknya angin pada dasarnya akibat perbedaan tekanan udara di dua lokasi. Perbedaan tekanan ini umumnya terjadi akibat perbedaan suhu.

Perbedaan suhu antara laut dan daratan menyebabkan perbedaan tekanan yang memicu aliran angin. Semakin besar perbedaan tekanan yang terjadi, maka angin yang dihasilkan pun akan semakin kencang yang umumnya terjadi di permukaan.

“Selain karena perbedaan tekanan udara yang besar, angin kencang juga dapat dihasilkan dari awan Cumulonimbus. Angin kencang dari awan Cumulonimbus ini dapat berupa angin puting beliung atau angin kencang yang biasa disebut downburst,” ujar dia, mengutip Antara.

Dia menjelaskan downburst terjadi saat udara yang berkondensasi pada bagian atas awan terjatuh, membawa banyak udara dengan cepat, dan menyebar saat mencapai permukaan tanah, hingga menghasilkan angin berkecepatan tinggi, mencapai 160 km/jam.

Kecepatan angin pada downburst ini dapat menyebabkan korban jiwa, pohon tumbang, kerusakan struktur bangunan, serta memicu kecelakaan pesawat saat mendarat meski berdurasi singkat.

Pada awal Februari, fenomena angin kencang merusak terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti Kabupaten Subang, Jawa Barat; Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah; Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta; serta Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Angin kencang sempat mengakibatkan satu orang tewas di Kota Banjar, Jawa Barat.(ant/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs