Sabtu, 23 November 2024

Peduli Lingkungan, Siswa SD Budidaya Cacing Tanah sampai Merajut Plastik

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Aurellia dari SMPN 6 Surabaya saat sedang membudidayakan cacing ANC. Foto: Dok pribadi Aurellia

Terselip cerita menarik dari para siswa-siswi setelah melakukan aktivitas bersih pantai di sekitar Suramadu. Sembari duduk di sudut pantai di bawah angkringan yang seadanya, mereka banyak menceritakan berbagai project lingkungan yang sedang mereka kerjakan.

Ada Aurellia dari SMPN 6 Surabaya yang tidak seperti anak remaja pada umumya, yang memiliki aktivitas pemanfaatan budidaya yang menarik di samping kegiatan sekolahnya, yaitu budidaya cacing ANC.

“Budidaya cacing ANC ini bisa digunakan untuk mengelola dan mengurangi sampah organik,” terang Aurellia kepada suarasurabaya.net, Minggu (5/6/2022).

Sebagai informasi, Cacing ANC memiliki habitat asli dari daratan hangat Benua Afrika, dengan ukuran yang lebih besar daripada cacing pada umumnya dan bisa mengurai sampah organik lebih cepat.

Aurell melanjutkan, selain dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik cacing ANC juga bisa digunakan untuk bahan masker wajah namun harus diolah dan dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak.

Dia mengaku bahwa project yang kini sedang dikerjakan, juga sudah disosialisasikan ke Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya dan Laksamana Muda Iwan Isnurwanto Panglima Komando Armada II.

“Kedepannya saya punya target untuk mengolah sampah organik sebanyak satu ton dengan cacing ANC,” tandas Aurel.

Tak hanya Aurel saja, pengembangan project tentang lingkungan juga sedang digarap oleh Raka, siswa yang masih duduk di bangku kelas 4 SDN Rungkut Menanggal 1.

Raka yang sudah menunggu antrian untuk berbagi cerita pada Minggu sore, memamerkan tentang budidaya tanaman daun mintnya yang berjumlah 251 bibit yang ditanam di rumahnya.

“Daunnya bisa jadi obat herbal, bisa untuk melancarkan pencernaan, menghangatkan tubuh di musim hujan, dan penghilang stress. Caranya olahan hasil daun mint dioleskan ke bagian pelipis mata supaya rileks,” ujarnya antusias.

Sama halnya dengan Aurel, Raka juga ingin menambah budidaya daun mint menjadi 1.000 bibit dan mengekspolrasi berbagai olahan manfaatnya.

Sementara itu, di tengah hangatnya matahari yang semakin tinggi di bibir pantai , Reva dari SDN Tandes Kidul 1 dan Soraya dari SDN Margorejo yang sama-sama duduk di bangku kelas empat, dengan antusias membagikan masing-masing cerita tentang projectnya.

Reva, mengawali cerita dengan rasa penasarannya tentang daun talang yang tumbuh di Sekolahnya. Karena rasa penasaran tersebut, dirinya melakukan riset kecil dengan menjelajah internet.

Dari hasil risetnya, akhirnya Reva mengambil keputusan untuk menjadikan tanaman daun telang tersebut sebagai landasan ide budidaya dalam gelaran pemilihan Calon Putra dan Putri Lingkungan Kota Surabaya.

“Saya sudah menanam 7.600 bunga telang yang ditanam di sekolah, rumah dan dua kampung binaan,” kata Reva.

Reva dari SDN Tandes Kidul 1 yang memamerkan budidaya tanaman bunga telang. Foto: Dok pribadi Reva

Sama halnya dengan kawan-kawan lain, Reva juga melakukan olahan produk dari tanaman telang, di antaranya minuman herbal telang, kue kukus telang, dan spray wajah dari bunga telang.

Selain melakukan pengelolahan, siswi yang aktif di kegiatan Pramuka itu juga gemar membagi-bagikan bunga telang di Wisata Kampung Bakat Sono Indah dan Kampung Tanjungsari, dengan jumlah sebanyak 800 bunga.

“Ke depannya ingin menanam sebanyak 20 ribu bunga telang lalu bersosialisasi ke 10 ribu orang dan menambah sebanyak tujuh kampung adopsi,” tandasnya.

Yang terakhir, adalah Soraya dengan kreativitasnya mengolah limbah sampah menjadi sebuah rajutan. Dirinya mengambil sampah plastik dari laundry-laundry di sekitar rumahnya di kawasan Sidosermo dan Bendul Merisi.

Hingga sekarang Soraya sudah menyerap sebanyak 60 kilogram sampah plastik untuk menjadi olahan. “Awal ide ini muncul setelah menonton youtube, lalu saya belajar membuat rajutan sendiri,” ujarnya.

Hasil rajutan plastik Soraya bisa digunakna sebagai wadah untuk hand sanitizer, tas, dan hiasan. Baginya untuk belajar rajutan tersebut hanya butuh waktu sehari saja.

“Hasil rajutan ini ada yang saya jual dan ada yang dibagi, dan sekarang juga sudah ada perajut-perajut yang ikut membuat olahan dari sampah plastik ini,” pungkasnya.

Tidak sedikit dari project olahan mereka yang mendapat dukungan dari pihak Pemerintah Kota Surabaya. Selain itu secara keseluruhan, mereka memiliki keinginan untuk terus mengeskplorasi idenya dan memetik hasilnya di kemudian hari. (wld/bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs