Media sosial (medsos) membuat masyarakat lebih mudah berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain walau terpisah jarak dan waktu.
Di sisi lain, tidak jarang masyarakat yang menyalahgunakan medsos dengan melakukan vandalisme digital seperti menyebarkan kebencian, kekerasan secara verbal melalui teks, pelabelan, dan scam.
Prof Rachmah Ida, Pakar Komunikasi Digital Universitas Airlangga (UNAIR) mengungkapkan, medsos membawa dampak yang luar biasa pada kultur komunikasi.
Adanya kesempatan menyamarkan wujud dan identitas pun membuka ruang pengguna untuk mengolok-olok orang lain lewat medsos.
“Perubahan kultur komunikasi tersebut akhirnya menggiring orang beramai-ramai melakukan ujaran kebencian. Padahal semua itu belum tentu benar. Jadi, judge by the people,” ujarnya lewat keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (4/9/2022).
Menurutnya, tindakan vandalisme digital berbentuk ujaran kebencian yang memberikan julukan tersendiri bagi korban/pelabelan merupakan pelanggaran budaya komunikasi.
“Pelabelan atau memberikan julukan itu tidak boleh. Itu merupakan bentuk dari diskriminasi. Masyarakat sekarang ini sering kali menjadi polisi, hakim yang lebih kejam dari lembaga hukum,” katanya.
Selain itu, vandalisme digital juga dapat berpengaruh pada psikologis orang yang dilabeli, dan hal tersebut dapat menjadi trauma panjang bagi korbannya. Bahkan dapat menyebabkan anxiety attack yang sulit disembuhkan sendiri.
“Hal itu tidak dipikirkan oleh masyarakat. Kalau julukan kepada orang yang bersangkutan dianggap biasa, secara social education itu tidak baik, jika terus-menerus dilakukan,” jelas Ida.
Pakar komunikasi Digital UNAIR itu melanjutkan, masyarakat perlu diberikan literasi sehat bermedia sosial, untuk menghindari malfungsi dari media sosial.
Sehingga, nantinya lebih banyak digunakan membangun networking daripada melempar ujaran kebencian.
“Perlu ada pemasyarakatan UU ITE dari Pemerintah. Sehat bermedia sosial seperti bagaimana kita menggunakan medsos secara positif, menghindari cancel culture,” jelasnya.
Ida berpesan, sebagai pengguna media sosial, masyarakat perlu memilih dan memilah konten. Buang informasi yang menjadikan pengguna tidak sehat bermedia sosial.
“Bijak bermedia sosial itu penting. Apalagi bagi generasi muda. Pengguna sehat tidak ikut ikutan membagi informasi yang tidak valid,” tukasnya.(des/rid)