Konsep pengelolaan sampah berupa reduce, reuse dan recycle sampai saat ini dinilai masih relevan dan menjadi bagian dari gaya hidup.
Selain itu, terdapat juga metode daur ulang yang bisa digunakan untuk menekan produksi sampah secara berlebihan.
I Dewa Ayu Agung Warmadewanti Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur Berkelanjutan ITS Surabaya, pada Radio Suara Surabaya, Rabu (23/3/2022) mengatakan, produsen sampah terbesar sampai saat ini masih ada pada masyarakat. Apalagi, penggunaan plastik sekali pakai saat ini dinilai menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan.
“Untuk menekan produksi sampah di Indonesia sebenarnya lebih mudah. Kalau di negara lain ada yang lima sampai enam, tapi di Indonesia hanya ada jenis sampah basah dan kering dan satu lagi residu yang tidak bisa didaur ulang dan memang harus dibuang ke TPA,” ujarnya.
Wawa sapaan akrab Warmadewanti juga menjelaskan, penambahan kategori residu diharapkan bisa menyadarkan masyarakat untuk mengurangi penggunaan jenis sampah yang identik dengan kantong plastik tersebut.
“Sebetulnya kami punya beberapa data hasil kerjasama dengan Pemkot Surabaya dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Prosentase terbesar produksi sampah terbesar di Surabaya berasal dari penggunaan Single Used Plastic (plastik sekali pakai), sehingga kita memang harus mengurangi kantong plastik,” ujarnya.
Sementara itu, Pemkot Surabaya telah menerbitkan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 16 tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik pada 9 Maret lalu. Perwali yang ditujukan untuk menekan konsumsi sampah plastik dan melestarikan lingkungan tersebut, akan efektif berlaku pada 9 April 2022.
Sosialisasi akan terus dilakukan selama satu bulan, dengan berfokus di toko swalayan, pasar modern, restoran dan pasar rakyat terkait Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik.
Menanggapi hal ini, Wawa memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada Pemkot Surabaya atas kebijakan tersebut.
“Sebelum kita, sudah ada 75 daerah yang Kabupaten Kota yang melakukan pengurangan plastik, tapi kalau tidak ada perwali atau perdanya yah sangat sulit untuk melakukan monitoring,” tandasnya.
Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur Berkelanjutan ITS Surabaya ini juga menyampaikan, produksi sampah di Kota Surabaya mencapai hingga 1.800 ton perharinya, pada tahun 2019 dengan 14 persen didominasi sampah plastik.
“Apalagi saat pandemi Covid-19 tahun 2020 kita banyak menggunakan plastik sekali pakai, akhirnya naik jadi 22 persen dari 1.800 ton plastik perhari tadi,” ucapnya.
Untuk menekan penggunaan plastik sekali pakai, industri juga memiliki peran penting dengan melakukan perubahan pada kemasan yang bisa direcycle setelah digunakan.
Meski demikian Wawa juga mengingatkan kepada masyarakat agar lebih membiasakan diri untuk membawa kantong ramah lingkungan saat berpergian dan berbelanja.
“Kita sama-sama lah untuk jaga bumi kita. Kalau ingin pencemaran berkurang, ya ayo kita biasakan dan kurangi pemakaian kantong sekali pakai,” pungkasnya. (bil/ipg)