Jumat, 22 November 2024

Pakar Pendidikan: Kurikulum Merdeka Belajar Lebih Mudah Diimplementasikan di PAUD

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi Peserta Didik Usia Dini yang Sedang Belajar. Foto: Antara

Najelaa Shihab Pakar pendidikan mengatakan, implementasi Kurikulum Merdeka belajar lebih mudah diterima pada pendidikan anak usia dini (PAUD).

“Sesungguhnya implementasi pada anak usia dini jauh lebih mudah dibandingkan tingkat di atasnya. Karena, sebetulnya kemerdekaan anak-anak belajar di usia dini itu masih sangat tinggi. Berbeda dengan kakak-kakak kelasnya yang sudah lebih lama mengalami proses pendidikan yang tidak terlalu memerdekakan,” ujarnya seperti dikutip Antara, Minggu (18/9/2022).

Dia menjelaskan, anak-anak PAUD atau Taman Kanak-kanak (TK) selalu datang ke sekolah dengan perasaan senang, semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Peserta didik tingkat awal itu dianggap jauh lebih siap menerima pembelajaran, dibandingkan dengan anak-anak yang sudah memiliki pengalaman bersekolah dengan kurikulum sebelumnya.

“Yang kami lihat sekarang misalnya merdeka belajar dalam PAUD itu metode utamanya sudah jelas bermain, kenapa? Karena kebutuhan anak dan kesiapan utamanya adalah bermain,” katanya.

Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tersebut menambahkan, anak-anak bermain dengan mengeksplorasi lingkungan sekitar, belajar yang menyenangkan sekaligus menantang, mencoba hal-hal baru.

Menurut Najelaa, PAUD adalah tempat untuk memberikan anak ruang eksplorasi sebesar-besarnya. Anak bisa memilih apa yang diinginkan dan menarik rasa penasarannya pada hal-hal baru.

Dampak jangka panjangnya, anak akan lebih siap saat dihadapkan pada pemilihan minat di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Kalau tahap eksplorasinya sebelum SMA itu cukup banyak, maka pada saat harus memilih bidang tertentu dia akan jauh lebih siap dibandingkan kalau dari mulai usia dini sudah selalu dipilihkan,” imbuhnya.

Kemudian, yang tidak kalah penting adalah peran orangtua berkolaborasi dengan para pendidik supaya yang diterima anak di sekolah bisa diterapkan di rumah.

“Yang saya anjurkan adalah komunikasi dan kolaborasi yang intensif dengan orangtua. Apa yang ingin dieksplorasi anak, kebutuhannya, minatnya, akan jadi semakin utuh kalau dapat informasi dari pihak rumah juga. Apa yang dijalankan di sekolah bisa dijalankan di rumah juga,” tegas Najelaa.

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan kebijakan tentang pengembangan Kurikulum Merdeka kepada PAUD, SD, SMP, SMA/SMK, Pendidikan Khusus dan Kesetaraan.

Dalam kurikulum itu, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik.

Guru bisa membuat proyek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan Pemerintah, dan tidak diarahkan untuk mencapai target nilai tertentu.(ant/des/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs