Jumat, 22 November 2024

P2G Minta Presiden Turun Tangan Tuntaskan Seleksi Guru PPPK

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Satriwan Salim Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G). Foto: Antara

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) meminta Joko Widodo Presiden turun tangan menuntaskan persoalan seleksi guru PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

“Dalam peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2022, nasib para guru khususnya guru honorer belum ada perubahan menuju perbaikan. Adapun seleksi guru PPPK yang semula diharapkan menjadi solusi atas minimnya kesejahteraan guru, ternyata makin terlihat carut-marut,” ujar Satriwan Salim Koordinator Nasional P2G, di Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Dia menambahkan, janji yang pernah diungkapkan Mendikbudristek dan Menpan RB untuk mengangkat satu juta guru honorer menjadi ASN PPPK, ternyata angan-angan belaka. Pada 2021, hanya 293 ribu yang dapat formasi PPPK.

“Peringatan Hari Guru Nasional harus dijadikan momentum yang tepat bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengevaluasi semua kebijakannya mengenai guru,” terang dia.

P2G menilai, saat ini kesejahteraan guru khususnya honorer masih jauh panggang dari api. Padahal, negara berutang besar kepada guru honorer yang berjumlah lebih dari satu juta orang.

“Mereka masih digaji jauh di bawah UMP/UMK daerah. Rata-rata Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan. Padahal berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 14 yang mana guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial,” jelas Satriawan Salim.

Menurutnya Indonesia tengah mengalami darurat kekurangan guru ASN di sekolah negeri. Proses dan keberlanjutan pembelajaran di sekolah selama ini sangat ditopang oleh tenaga guru honorer.

“Sampai 2024 Indonesia membutuhkan 1,3 juta guru ASN di sekolah negeri. Pada 2021 saja kita membutuhkan 1.002.616 guru ASN PPPK secara nasional. Tapi sialnya, hanya 293.860 guru yang lulus dan dapat formasi dari Pemda. Lebih mengenaskan, sebanyak 193.954 guru lulus tes PPPK namun tak kunjung mendapatkan formasi hingga November 2022 ini,” terang dia.

Satriwan melanjutkan, janji Mendikbudristek dan Menpan RB akan mengangkat satu juta guru ASN PPPK, tinggal janji saja.

“Lagi-lagi para guru honorer di-ghosting (diberi harapan palsu) oleh Pemerintah. Janji mengangkat satu juta guru gagal total. Sementara itu nasib dari 193 ribu guru tidak jelas, terombang-ambing oleh kacaunya seleksi PPPK hingga sekarang, belum lagi guru madrasah swasta yang ga bisa ikut, terkesan diskriminatif,” lanjutnya.

Dia menjelaskan, mestinya tiga tahapan proses seleksi guru PPPK tuntas pada 2021, namun faktanya sampai November 2022 pemerintah baru membuka tahapan yang ketiga.

Sementara itu, 193.000 guru yang tak dapat formasi tidak jelas nasibnya seperti apa. Sebagian dari mereka bahkan sudah tak lagi mengajar karena sudah dipecat Yayasan. “Bukannya untung ikut seleksi PPPK, malahan buntung,” ungkapnya.

Bagi P2G, skema P1, P2, P3, dan umum dalam seleksi Guru PPPK tahapan ketiga justru menimbulkan ketidakadilan baru. 193 ribu guru yang masuk kategori P1 anehnya banyak yang turun level ke P2 dan di bawahnya.

“Mestinya 193 ribu guru itu dulu yang dipastikan tuntas dibuka formasi dan ditempatkan oleh pemda. Jadi Pansel urai satu persatu dulu, jangan yang 193 ribu P1 belum beres, ini malah membuka prioritas dua dan tiga,” sambung Satriwan.

Untuk itu, P2G berharap Presiden turun tangan menuntaskan karut-marut pengelolaan guru di Tanah Air, termasuk menuntaskan persoalan seleksi Guru PPPK dan manajemen PPPK yang berantakan hingga sekarang.

“Kenapa Pak Jokowi kami minta turun langsung membereskan persoalan guru? Sebab Pak Presiden pernah punya warisan baik di masa lalu, tercatat dalam sejarah guru memberikan peningkatan kesejahteraan guru saat menjabat Gubernur DKI Jakarta. Semoga Pak Presiden juga meninggalkan warisan kebaikan serupa, di akhir masa periode beliau sebelum 2024 nanti,” lanjut guru Pendidikan Pancasila itu. (ant/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs