Suyono salah seorang tukang potong daging di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Surabaya. Pria yang sekarang berusia 52 tahun itu memilih mengabdikan 22 tahun hidupnya di dunia perjagalan.
Walau tiga tahun lagi pensiun, staminanya masih terjaga. Dia mengaku tidak kelelahan walau setiap hari harus menempuh perjalanan sekitar 57 kilometer, pulang pergi dari rumahnya di kawasan Karangbinangun, Lamongan, menuju RPH di kawasan Pegirian, Surabaya.
Supaya tepat waktu sampai tempat kerja, sekitar 07.30 WIB, dia harus berangkat selepas subuh.
“Mungkin karena saya meniatkan kerja ini untuk Ibadah. Jadi, ndak gampang capek,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Minggu (10/7/2022).
Walau ada tawaran untuk tinggal di mess dari Fajar Arifianto Dirut RPH Surabaya, Suyono tetap memilih pulang pergi Lamongan-Surabaya.
Di usia yang tidak muda lagi, Suyono masih cekatan memotong tulang hewan kurban menggunakan mesin pemotong.
Matanya masih cukup awas. Staminanya pun masih prima mencengkeram tulang terbungkus daging yang harus melewati pisau mesin cutting.
“Sehari saya bisa memotong tulang sekitar 25 sampai 100 kilogram. Kalau Iduladha gini bisa lebih 100 kilogram,” katanya.
Sepanjang hari, Suyono harus menjalankan pekerjaannya sambil berdiri sembari menjaga konsentrasi. Karena, mengoperasikan mesin potong tulang dan daging tidak boleh sembarangan.
“Kalau memotong memang harus hati-hati dan fokus,” tegasnya.
Status berpengalaman di bidang jagal daging bukan berarti tidak ada tantangan dalam pekerjaannya. Suyono mengaku masih sering kesulitan memotong dengkul Sapi.
“Paling susah bagian dengkul. Meski pisau mesin cutting tajam dan petugas sudah profesional, kadang masih ada kemungkinan otot nya terlilit dan menghambat (mbulet) di pisau,” jelasnya.
Dalam kondisi seperti itu, Suyono selalu berusaha tetap tenang. Panik justru akan meningkatkan risiko fatalitas semisal terkena pisau mesin potong.
Pria paruh baya yang sebelumnya sempat menjadi petugas pembuangan sampah di Pemerintah Kota Surabaya itu mengaku sangat menikmati profesinya sekarang.
“Selain butcher, saya juga kadang jadi sopir. Ikut kirim ke Gresik juga. Kadang ikut tim di dalam. Ganti-ganti, jadi ndak bosen,” katanya.
Pembagian kerja di RPH memang fleksibel untuk beberapa posisi. Tapi, untuk operator mesin potong, RPH baru mempercayakan pada dua orang, Suyono dan seorang rekannya. (tha/bil/rid)