Program Analog Switch Off (ASO), migrasi dari TV analog ke digital akan mulai dilaksanakan pada 30 April 2022.
Pelaksanaan akan dilakukan dalam 3 tahap, yakni tahap pertama untuk 56 wilayah layanan siaran (166 Kabupaten Kota) pada 30 April 2022, tahap ke dua 11 wilayah layanan siaran (110 Kabupaten kota) pada 25 Agustus 2022, dan tahap ke tiga untuk 25 wilayah layanan siaran (65 Kabupaten Kota) pada 2 November 2022.
Perlu di informasikan, program migrasi ke digital ini tidak mengharuskan masyarakat untuk menggunakan kuota internet untuk mengakses televisi, melainkan berpindah menggunakan Set Top Box. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan Set Top Box kepada masyarakat yang tidak mampu.
Pembagian Set Top Box sendiri, sejatinya sudah hampir dilakukan pada tahun 2014 saat program Analog Switch Off dicanangkan oleh pemerintah. Namun, pada saat itu Mahkamah Agung memutuskan jika program tersebut harus memiliki Undang-Undang Penyiaran.
Prof. Henri Subiakto, Staff Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika pada Radio Suara Surabaya, Sabtu (26/3/2022) pagi mengatakan, tidak adanya program Analog Switch Off akan sangat berbahaya bagi perekonomian digital di Indonesia.
“Ini bukan hanya persoalan penyiaran, tapi soal penataan frekuensi. Semisal tahun 2025 nanti kita jalan-jalan pakai handphone di kawasan kota akan semakin sulit, pasti buffering terus. ini karena penggunanya semakin banyak sehingga sinyalnya pasti terbagi-bagi,” terangnya.
Henri menambahkan, penataan frekuensi melalui program Analog Switch Off dirasa sangat perlu untuk memperlancar aktivitas digital yang lain.
“Kalau dulu frekuensi dipakai untuk aktivitas penyiaran bahkan penerbangan, tapi sekarang setiap gadget pasti juga pakai frekuensi sehingga yang lain pasti terganggu. Nah program switch off ini salah satunya biar bisa difokuskan sendiri-sendiri ,” ucapnya.
Meski demikian Indonesia sudah dirasa sangat terlambat dalam melaksanakan program Switch Off Analog, hal ini dikarenakan banyak negara lain sudah mengambil langkah ini. Bahkan, Singapura sudah melaksanakan program ini sejak 2019 lalu.
Henry juga menyampaikan, program Analog Switch Off juga memiliki banyak manfaat untuk masyarakat. Di antaranya, Penyiaran yang jauh lebih bagus, kualitas gambar lebih jernih, kanal lebih banyak, dan yang pasti dapat menyelamatkan ekonomi digital di masa depan.
“Sekarang departemen komunikasi di tiap kampus juga banyak. Mereka bisa memanfaatkan TV digital untuk memperluas kreativitas untuk masing masing mahasiswanya, baik dari konten dan sebagainya,” tuturnya.
Di sisi lain, TV analog dikabarkan sudah tidak diproduksi lagi oleh kebanyakan pabrik. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan penting untuk mensukseskan program Analog Switch Off. (bil/ipg)