Janet Yellen Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) mengatakan pertumbuhan ekonomi AS melambat serta adanya ancaman resesi, tetapi bukan sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Ia juga mengatakan, jumlah rekrutmen dan belanja konsumen yang tingggi menunjukkan ekonomi AS saat ini tidak dalam kondisi resesi ekonomi.
Perekrutan pekerja di AS pada Juni tetap kuat, dengan 372.000 lowongan pekerjaan yang diciptakan serta tingkat pengangguran yang bertahan di 3,6 persen. AS juga mencatat jumlah lowongan pekerjaan bulan keempat berturut-turut mencapai lebih dari 350.000.
“Perekonomian kita tidak sedang dalam resesi. Tapi kita berada dalam periode transisi di mana pertumbuhan ekonomi melambat dan itu hal yang wajar,” jelas Yellen, seperti yang dikutip Antara, Senin (25/7/2022).
Data minggu lalu menunjukkan pasar tenaga kerja melemah, ketika permintaan tunjangan pengangguran mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan.
“Inflasi “terlalu tinggi” dan kenaikan suku bunga bank sentral baru-baru ini membantu menetralkan harga-harga yang meningkat,” ujar Yellen.
Selain itu, Joe Biden Pemerintah AS juga mendistribusikan stok minyak dari Cadangan Minyak Strategis, yang menurut Yellen hal tersebut telah membantu menurunkan harga bensin.
“Kami melihat harga bensin dalam beberapa pekan terakhir turun sekitar 50 sen (per galon) dan akan ada lebih banyak bensin yang didistribusikan,” ujar Yellen.
Yellen berharap agar bank sentral dapat mendinginkan kondisi ekonomi AS untuk menurunkan harga-harga tanpa memicu penurunan ekonomi yang luas.
“Saya tidak mengatakan bahwa kita pasti akan menghindari resesi, tapi saya pikir ada cara untuk menjaga agar pasar tenaga kerja tetap kuat dan menurunkan inflasi.” jelas Yellen.
Produk domestik bruto (PBD) adalah salah satu indikator kesehatan ekonomi AS menyusut 1,6 persen per tahun pada tiga bulan pertama 2022. Sementara laporan yang akan dirilis pada Kamis (28/7/2022) diperkirakan ada kenaikan hanya 0,4 persen pada triwulan kedua.
Yellen mengatakan bahkan jika angka triwulan kedua negatif, itu tidak akan menandakan bahwa resesi telah terjadi, mengingat kekuatan di pasar kerja dan permintaan yang kuat.
Para jurnalis, beberapa ekonom dan analis secara tradisional mendefinisikan resesi sebagai dua kuartal berturut-turut dari kontraksi PDB.
Tetapi kelompok riset swasta yang menjadi pengawas serta penengah resmi resesi AS melihat berbagai indikator, termasuk pekerjaan dan pengeluaran.
Brian Deese, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, mengatakan bahwa angka pada triwulan kedua akan kembali menguat.
“Data Perekrutan, pengeluaran, dan produksi terlihat solid, ” ujar Brian. (ant/des/rst)