Hendro Wardhono Ketua Pusat Studi Bencana dan Lingkungan Unitomo meyakini masyarakat Surabaya pasti memiliki ketangguhan lokal yang khas untuk memitigasi berbagai macam bencana yang sudah dihadapi. Hal itulah yang beberapa bulan ini sedang dia kaji atas permintaan BPBD Kota Surabaya.
Menurut Hendro, ada tiga aspek yang menjadi kajiannya. Pertama, ancaman. Apa saja ancaman bencana yang ada di Surabaya, misalnya banjir dan puting beliung.
“Kedua, kerentanan. Kami gali faktor fisik, sosial, lingkungan, dan ekonomi yang mempengaruhi masyarakat merespon bencana,” ujarnya dalam program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (16/9/2022).
Ketiga, kapasitas. Bagaimana respon cepat masyarakat itu sendiri untuk mengurangi risiko bencana.
“Saat ini kita harus fokus membangun ketangguhan lokal masyarakat Surabaya untuk menghadapi kondisi darurat atau bencana. SOP yang dikembangkan, kalau secara normatif bisa dicari di Google, tapi yang harus kita fokus, masyarakat Surabaya ketika ada banjir, puting beliung, apa yang mereka lakukan,” ujarnya.
Hendro memaparkan, mitigasi bencana dapat dikategorikan menjadi dua. Mitigasi struktural yang sifatnya fisik dan mitigasi nonstruktural yang berupa literasi pemahaman masyarakat tentang mitigasi bencana.
Menurut Hendro, keberhasilan literasi kebencanaan adalah ketika masyarakat telah memahami ancaman, kerentanan, dan kapasitasnya. Meski sayangnya, saat ini hal tersebut belum terjadi. Kesadaran masyarakat baru sebatas melaporkan suatu kejadian. (iss)