Sebanyak 53 mahasiswa semester akhir jurusan Visual Communication Design (VCD) Universitas Ciputra Surabaya memamerkan tugas akhirnya secara maya melalui teknologi realitas virtual imersif atau metaverse. Karya bertajuk Pameran Virtual Outlining 2022 ini bisa dinikmati mulai 10 – 18 Juni 2022 di Universitas Ciputra Surabaya secara gratis.
Hutomo Setiabudi Koordinator Pameran VCD menjelaskan bahwa penerapan teknologi augmented reality ini menjadi salah satu terobosan untuk membuat karya mahasiswa lebih mudah dikenal publik.
“Konsep ini membuat pengunjung lebih tertarik, engagement-nya lebih dapet,” ujarnya pada suarasurabaya.net, Kamis (9/6/2022).
Beragam karya tugas akhir dapat disaksikan pengunjung secara virtual menggunakan oculus mulai dari ide bisnis Food and Beverages, fotografi, advertising, komik, dan masih banyak lagi.
Lewat pameran ini pengunjung akan diajak untuk merasakan pengalaman berteleportasi ke dunia yang berbeda dan menyaksikan terobosan ide inovatif dari para mahasiswa.
“Imersif dan memberikan experience baru bagi pengunjung,” imbuhnya.
Hutomo menjelaskan, para mahasiswa hanya membutuhkan waktu seminggu untuk bisa menyelesaikan dekorasi ruang pameran virtualnya masing-masing.
“Selama perkuliahan mereka mendekor booth-nya secara virtual. Lalu kita olah sehingga bisa kita tampilkan secara interaktif baik melalui website maupun oculus,” papar pria berkacamata ini.
Di sisi lain, Shienny Megawati Sutanto Koordinator Tugas Akhir VCD (Visual Comunication design) menilai terobosan ini mampu menjadi solusi product presenting yang efisien dan ramah lingkungan. Cukup menggunakan link, siapa saja bisa mengakses virtual room ini melalui website maupun occulus.
“Ini membuat pameran jadi lebih efisien karena sekali dibuat, bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Tidak terbatas waktu dan tempat,” ujarnya.
Jika pameran konvensional pada umumnya memerlukan budget untuk penyewaan tempat dan acap kali menghasilkan sampah sisa dekorasi, serta dilakukan lebih dari sekali untuk meningkatkan brand awareness sebuah produk. Melalui pengembangan pemeran virtual menggunakan teknologi metaverse, kebutuhan biaya pameran bisa dipangkas dan lebih ramah lingkungan.
“Ini bisa jadi solusi ramah lingkungan juga ya karena kita juga ikut meminimalisir produksi sampah pascapameran. Itu kan ada ya biasanya,” ujarnya kembali.
Terobosan ini, kata Shienny didorong oleh pandemi dua tahun belakangan yang membuat Universitas Ciputra terhambat menggelar pameran mahasiswanya secara konvensional. Secara gradual inovasi itu terus melalui beberapa evaluasi dan perbaikan. Hingga kini UC berhasil dilirik oleh beberapa negara tetangga untuk menggarap beberapa pesanan desain realitas virtual imersif untuk berbagai jenis produk.(tha/dfn/ipg)