Rahmad Handoyo anggota Komisi IX DPR RI mengingatkan semua pihak agar serius mewaspadai lonjakan kasus Covid-19. Legislator PDI Perjuangan ini mengatakan, kenaikan Covid-19 pada minggu terakhir ini, menunjukkan bahwa sebenarnya Covid-19 masih sangat dinamis dan juga tidak bisa diprediksi.
“Pandemi masih berlangsung dan sulit ditebak kapan berakhir. Dalam kondisi yang serba tak pasti ini, kita harus berhati-hati, tingkatkan kewaspadaan, jangan terlalu cepat menganggap Covid-19 sudah tidak ada atau tidak berbahaya lagi. Anggapan seperti itu salah besar, karena Covid-19 masih berisiko, khususnya bagi lansia,” kata Rahmad Handoyo dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/6/2022).
Rahmad mengatakan, dalam kondisi pandemi yang belum menentu ini, pihaknya akan mendorong pemerintah agar mewanti-wanti masyarakat kalau situasi dan kondisi perlu perhatian.
“Sekali lagi, pandemi masih dinamis sehingga lonjakan sangat memungkinkan. terlebih minggu lalu ditemukan varian Omicron BA.4 dan BA.5. H. Kita tahu varian ini cepat menular meski gejala beratnya tidak seberat Omicron varian lainnya bukan berarti kita berleha-leha,” jelasnya.
Politisi asal Boyolali, Jawa Tengah ini mengaku cukup terusik dengan pernyataan para epidemiolog yang menyarankan pemerintah agar kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut.
Apalagi, ini diungkapkan saat kondisi sudah tidak darurat. Hal ini diungkapkan menyusul adanya peningkatan kasus harian Covid-19 beberapa pekan belakangan.
“Saya tujukan kepada epidemiolog yang diajak diskusi oleh pemerintah beberapa waktu lalu, yang mengusulkan untuk PPKM dihapus, saya kritik keras ini,” kata dia.
Lebih jauh, Rahmad justru menyangsikan etika komunikasi epidemiolog tersebut dengan menyebut saat ini tidak lagi darurat PPKM. Apalagi, melihat situasi saat ini yang dihadapkan dengan peningkatan kasus Covid-19.
“Saya kira para epidemiolog juga harus lebih hati-hati terutama yang kemarin diajak diskusi soal rekomendasi PPKM untuk dihentikan atau diganti dengan yang lain,” ujarnya.
Menurut Rahmad, pernyataan itu sedikit banyak akan menganggu psikologis masyarakat. Bisa saja kata dia, masyarakat berpikir seolah-olah Covid-19 sudah tidak ada. Seolah-olah Covid-19 sudah bisa dikendalikan dengan baik dan tidak terjadi lonjakan.
Menurut Rahmad, pemerintah harus tetap meningkatkan vaksinasi, karena secara nasional masih dibawah standar WHO 70 persen untuk vaksin lengkap.
Dikatakan, pada bulan Juni ini, jumlah vaksinasi belum sampai 63 persen. Termasuk capaian vaksin boster juga masih rendah.
“Kita harus kerja bersama dan secara terus menerus menggiatkan vaksinasi, serta tracing, testing, agar bisa dideteksi dan meningkatkan surveillance sedini mungkin,”ujarnya.
Yang terakhir, kata Rahmad, masyarakat dan pemerintah masih perlu mengencangkan protokol kesehatan.
“Meski ada pelonggaran dan penyesuaian di tempat umum tidak wajib memakai masker, bukan berarti bebas tidak bermasker kan. Tidak wajib artinya sukarela, tapi tetap disarankan pakai masker di tempat umum, di ruang tertutup wajib,” katanya.(faz/ipg)