Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak 35 Laskar Rempah untuk merayakan kebhinekaan dengan memulai keberangkatan Ekspedisi Muhibah Jalur Rempah di Hari Pancasila yang jatuh pada hari ini, Rabu 1 Juni 2022.
Sebanyak 35 anak bangsa terpilih dari total 160 Laskar Rempah dari berbagai belahan Nusantara ini akan diberangkatkan oleh Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek untuk memulai ekspedisi dari Pangkalan Utama TNI AL di Surabaya menuju Makassar hari ini pukul 17.00 WIB.
Kata Hilmar Farid, Program Muhibah Jalur Rempah diselenggarakan untuk menggali ingatan dan pengetahuan Jalur Rempah yang terserak di beberapa titik di Nusantara.
“Jalur rempah ini sebenarnya jalur yang sangat tua. Jalur pelayaran dan perdagangan yang lebih dari dua ribu tahun. Tapi ketika memasuki masa sekarang, ingatan kita tentang kejayaan di masa lalu itu tidak terlalu kuat. Muhibah Jalur Rempah ini untuk mengingatkan kembali bahwa kita pernah berjaya di laut, sangat berpengaruh, sudah kosmopolitan sejak awal. Jadi itu misi sejak awal program ini,” kata Hilmar Farid saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Rabu.
“Kebetulan ini juga tanggal 1 Juni Hari Pancasila. Inilah Bhineka Tunggal Ika dalam praktik, gitu ya. Jadi bukan dalam bentuk ceramah pidato tapi aksi nyata yang dilakukan oleh anak-anak muda,” imbuhnya.
Nantinya, generasi muda dari berbagai belahan nusantara ini akan dibagi ke dalam 4 batch dengan lokasi keberangkatan dan destinasi yang berbeda.
Dibuka dengan batch Lada yang akan menjelajahi Kota Pahlawan menuju Kota Makassar. Lalu dilanjutkan batch Cengkeh yang akan berlayar dari Makassar menuju Bau-bau dan Buton, lalu singgah ke Ternate dan Tidore.
Setelahnya perjalanan dari Ternate dan Tidore akan dilanjutkan batch Pala menuju Banda Neira lalu ke Kupang dan akan berakhir kembali di Surabaya
“Jadi kita berlayar dengan Kapal KRI Dewaruci milik angkatan laut, kita berkeliling dari Surabaya ke Makassar kemudian Bau-bau, Ternate – Tidore, Kepulauan Banda, Kupang Nusa Tenggara Timur, lantas kembali ke Surabaya selama satu bulan penuh,” terangnya.
Hilmar percaya, asimilasi budaya dan keterhubungan antarbangsa di Indonesia tidak terjadi begitu saja. Di masa lampau, kehadiran para pedagang antarbangsa memiliki peranan penting terhadap perkembangan budaya yang masih bisa kita lihat dan rasakan jejaknya.
Hal ini disebabkan oleh komoditi rempah yang berasal dari berbagai kepulauan di Nusantara yang terlibat dalam lalu lintas perdagangan di masa lampau, sehingga menjadi salah satu jalur budaya.
“Yang sangat penting sebetulnya membangkitkan ingatan itu ya. Jadi pengetahuan-pengetahuan yang terserak sekarang ini tidak terdokumentasi dengan baik, jadi bisa dikonsolidasi melalui perjalanan ini,” papar Hilmar.
Tak sekadar berlayar dan jalan-jalan, Laskar Rempah juga mendapatkan misi untuk mendokumentasi kehidupan maritim yang mulai ditinggalkan dan sudah tidak dipraktikkan.
Hilmar berharap, melalui ekspedisi ini Laskar Rempah dan anak-anak Negeri yang mereka jumpai di sepanjang perjalanan bisa saling terhubung.
“Kita berharap, kegiatan ini akan menjadi pusaran yang terus berkembang,” ujarnya.
Kemendikbudristek juga memiliki misi untuk menominasikan Muhibah Budaya Jalur Rempah menjadi warisan dunia UNESCO.
Hilmar menyebut, dirinya sudah berkoordinasi dengan Koarmatim untuk menjadikan Ekspedisi Muhibah Budaya Jalur Rempah sebagai agenda rutin yang akan diselenggarakan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, kebhinekaan, kerja sama, dan gotong royong.
Sebelumnya Kemendikbudristek telah bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan di 34 Provinsi untuk menyeleksi dan mengirimkan putera-puteri terbaiknya. Pada tahun 2021 terpilih sebanyak 160 pemuda terbaik yang berusia antara 18 sampai 25 tahun.
Peserta laskar Rempah ini berasal dari Sulawesi Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Aceh, Papua Barat, Kalimantan Barat, Jakarta, Bali, Jambi, Kalimantan Timur, Sumatra Barat, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan utara, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kupang NTT. Mereka bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain.(tha/dfn/ipg)