Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang Iklim (COP27) dibuka di tengah seruan kepada negara-negara kaya untuk memberikan kompensasi kepada negara-negara miskin yang paling rentan terdampak perubahan iklim di Sharm El Sheikh, Mesir, pada Minggu (6/11/2022).
Sebagian besar tekanan kepada COP27 berkaitan dengan ‘loss and damage‘, dana kompensasi yang diberikan oleh negara-negara makmur kepada sejumlah negara berpendapatan lebih rendah tetapi menyumbang emisi karbon lebih sedikit.
Dua pekan ke depan, para delegasi akan memulai proses negosiasi dengan menyetujui agenda KTT selama sidang paripurna pertama mengenai persoalan, apakah negara-negara kaya sepakat untuk memasukkan kompensasi ke dalam pembahasan.
Diprakirakan bahwa para perwakilan dari 130 lebih negara akan mendorong pembentukan fasilitas khusus untuk pembayaran ‘loss and damage‘ dalam COP27.
Matthew Samuda Menteri Ekonomi Jamaika mengatakan bahwa saat ini, sidang untuk membahas ‘loss and damage‘ tercantum dalam agenda sementara, tetapi para pembuat kebijakan akan memutuskan hari ini apakah akan mengadopsinya ke dalam agenda resmi.
“Saya berharap itu masuk ke dalam agenda,” jelasnya yang dikutip Antara dari Reuters, Minggu (6/11/2022).
Menurutnya, terjadi pelunakan sikap dari banyak negara yang pada satu atau dua tahun lalu yang tidak berkehendak mendukungnya.
Sementara itu, beberapa perwakilan lain salah satunya Saleemul Huq Direktur Pusat Internasional Perubahan Iklim dan Pembangunan menyampaikan kekhawatiran tentang kemungkinan adanya ketidaksepakatan.
“Kami tahu Eropa mendukung kami. Sekarang kami perlu tahu apakah Amerika Serikat akan menolak (usulan itu) atau tidak,” tegas Huq.
Sebagai informasi pada COP26 tahun lalu di Glasgow, negara-negara makmur menolak usulan pembentukan fasilitas itu, tetapi mendukung dialog baru selama tiga tahun untuk membahas pendanaan.(ant/rum/iss)