Jumat, 22 November 2024

KPK Menyita Sejumlah Uang dan Dokumen Administrasi Kasus Dugaan Suap PMB di Unila

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Rumah mewah milik rektor Universitas Lampung yang digeledah KPK pada Rabu (24/8/2022). Foto: Antara

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita barang bukti sejumlah uang dan dokumen administrasi kemahasiswaan dalam penyidikan kasus dugaan suap penerimaan mahasiswa baru (PMB) di Universitas Lampung (Unila).

Barang bukti itu ditemukan dan diamankan setelah tim KPK menggeledah rumah tersangka Rektor Unila nonaktif Karomani (KRM) dan rumah dari beberapa pihak yang terkait kasus tersebut pada Rabu (24/8/2022).

“Ditemukan dan diamankan kembali, di antaranya berbagai dokumen terkait administrasi kemahasiswaan, barang elektronik, dan juga sejumlah uang dengan pecahan rupiah maupun pecahan mata uang asing,” kata Ali Fikri Kepala Bagian Pemberitaan KPK di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Ia mengungkapkan pecahan mata uang asing itu dalam bentuk dolar Singapura dan euro.

“Tim penyidik nantinya akan menganalisis dan menyita bukti-bukti tersebut untuk kemudian dimasukkan dalam berkas perkara para tersangka,” ucap Ali, seperti dikutip dari Antara.

Seperti diketahui, KPK menetapkan empat tersangka dalam kasus itu. Tiga tersangka selaku penerima suap ialah Karomani (KRM), Heryandi (HY) Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila, dan Muhammad Basri (MB) Ketua Senat Unila. Sedangkan pemberi suap adalah Andi Desfiandi (AD) selaku pihak swasta.

Dalam konstruksi perkara, KPK menjelaskan KRM yang menjabat sebagai Rektor Unila periode 2020-2024, memiliki wewenang terkait mekanisme Seleksi Mandiri Masuk Universitas Lampung (Simanila) Tahun Akademik 2022.

Selama proses Simanila berjalan, KPK menduga KRM aktif terlibat langsung dalam menentukan kelulusan dengan memerintahkan HY, Budi Sutomo Kepala Biro Perencanaan dan Hubungan Masyarakat Unila, dan MB untuk menyeleksi secara “personal” terkait kesanggupan orang tua mahasiswa.

Apabila ingin dinyatakan lulus maka calon mahasiswa dapat “dibantu” dengan menyerahkan sejumlah uang, selain uang resmi yang dibayarkan sesuai mekanisme yang ditentukan ke pihak universitas.

Selain itu, KRM juga diduga memberikan peran dan tugas khusus bagi HY, MB, dan Budi Sutomo untuk mengumpulkan sejumlah uang yang disepakati dengan pihak orang tua calon mahasiswa baru. Besaran uang itu jumlahnya bervariasi mulai dari Rp100 juta sampai Rp350 juta untuk setiap orang tua peserta seleksi yang ingin diluluskan.

Seluruh uang yang dikumpulkan KRM melalui Mualimin dari orang tua calon mahasiswa itu berjumlah Rp603 juta dan telah digunakan untuk keperluan pribadi KRM sekitar Rp575 juta.

KPK juga menemukan adanya sejumlah uang yang diterima KRM melalui Budi Sutomo dan MB yang berasal dari pihak orang tua calon mahasiswa yang diluluskan KRM atas perintah KRM.

Uang tersebut telah dialihkan dalam bentuk menjadi tabungan deposito, emas batangan, dan masih tersimpan dalam bentuk uang tunai dengan total seluruhnya sekitar Rp4,4 miliar.(ant/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs