Kisah Warsini, penjual bubur asal Balikpapan, Kalimantan Timur mungkin mengingatkan Anda dengan salah satu sinetron yang dibintangi Mat Solar, Uci Bing Slamet dan Nani Wijaya berjudul Tukang Bubur Naik Haji.
Sinetron yang punya dua ribuan episode ini berkisah tentang sosok Sulam (Mat Solar), yang bekerja sebagai penjual bubur ayam keliling, karena kesabaran, ketekunan dan kebiasaan menabung, cita-citanya naik haji akhirnya terlaksana.
Kisah Sulam di dunia sinetron dialami juga oleh Warsini (60 tahun). Sejak muda ia merantau dari tanah kelahirannya di Kediri Jawa Timur ke Balikpapan. Setelah suaminya berhenti sebagai karyawan perusahaan sementara anak-anaknya masih kecil, Warsini memutuskan berjualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, dan bubur sumsum dibantu suami.
Sejak muda Warsini sudah bercita-cita ingin naik haji, bertahun-tahun ia menyisihkan penghasilannya untuk ditabung.
“Sehari-hari saya jualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, bubur sumsum, saya yang jualan, suami bantu-bantu. Dulu suami pernah kerja di perusahaan, sudah berhenti, sementara anak masih kecil-kecil,” tutur Warsini saat ditemui di sela pelepasan jemaah pertama pulang ke Tanah Air, Kamis (15/7/2022) malam.
“Penghasilan dari jualan bubur tak tentu, tapi setiap harinya saya sisihkan untuk nabung pergi haji, cita-cita saya sejak muda, pergi haji. Lama nabungnya, tapi saya tetap sabar,” sambungnya, seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Agama.
Ibu tiga anak dan sudah memiliki cucu ini sejak memulai usahanya sudah mencanangkan program Jumat Berkah. Pada hari-hari biasa harga setiap porsi buburnya dihargai Rp7.000, maka setiap Jumat menjadi Rp5.000. Ia pun menggratiskan buburnya bagi orang yang ingin makan tapi tidak punya uang.
“Setiap Jumat saya punya program Jumat Berkah, saya turunkan harga jualannya. Jumat Berkah ini sudah saya lakukan sejak memulai usaha ini. Saya cari berkahnya dengan menurunkan harga jualan saya,” ujar wanita yang selalu melafalkan kalimat syukur saat berbincang.
Selama melaksanakan rangkaian ibadah haji, ia merasa dimudahkan dan berjalan lancar. Selama di Arafah ia merasakan panas, tapi hal serupa juga dialami jemaah lainnya. Saat bermalam di Mina dan melempar jumrah, Warsini dan suaminya tidak menemui kendala, seluruhnya berjalan lancar, dan terakhir saat tawaf Ifadah.
“Saat lempar jumrah dan tawaf Ifadah, seluruhnya Alhamdulillah lancar,” katanya.
Saat pertama kali melihat Kabah, ia mengaku bahagia, haru, sedih dan bersyukur. Tidak banyak doa yang ia langitkan pada Tuhan saat itu.
“Sedih, senang, bersyukur, ya Allah. Doa saya, hanya minta sehat, minta rezeki yang berkah, dan minta ke sini lagi sama anak, cucu, menantu, doa saya begitu saja, sama dengan doa yang dipanjatkan saat di Arafah,” kata Warsini yang menunggu haji selama 12 tahun.(dfn/ipg)