Jumat, 22 November 2024

Kisah Haydar, Bocah Hiperaktif dan Tunarungu yang Jadi Penghafal Alquran

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Gelaran Family Gathering Sahabat Kasoem se-Jawa Timur oleh Kasoem Hearing Center di Hotel Ibis Style Surabaya, Minggu (19/6/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Ali Hadydar Altway yang akrab disapa Haydar, terlahir dengan gangguan tuli sangat berat di kedua telinga disertai hiperaktif. Meski dengan keterbatasan tersebut, nyatanya tidak menghalanginya untuk menjadi seorang hafiz (penghafal Alquran).

Saat berusia satu tahun, Haydar yang terlahir pada 2001 dari pasangan suami istri Ahmad Rifqy Altway (Eki) dan Nadya Malik Talib (Nadya) warga Surabaya, terdeteksi memiliki gangguan pendengaran kedua telinga dengan hasil tes BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) 110 db. Artinya Haydar tidak dapat merespons suara.

Namun, dengan keyakinan bahwa tidak ada harta yang lebih berharga dibandingkan anak, membuat Eki dan Nadya menahan untuk tidak membeli mobil maupun rumah setelah menikah. Mereka bertekad menabung demi pengobatan Haydar sampai akhirnya bisa mendengar dengan bantuan alat bantu dengar (ABD).

“Pakai alat bantu dengar itu sudah bisa bicara tapi tidak jelas hanya vokal saja A-I-U-E-O. Ngomong Aia au ium uu (Haydar mau minum susu). Akhirnya setelah menabung kita bawa Haydar operasi untuk pemasangan koklea implan itu. Mahal, tetapi saya percaya rezeki dari Allah Swt,” kata Eki kepada suarasurabaya.net, dalam acara Family Gathering Sahabat Kasoem se-Jawa Timur oleh Kasoem Hearing Center, Minggu (19/6/2022).

Pengobatan hingga terapi dilakukan, sambil pemasangan koklea implan untuk membuatnya dapat mendengar lebih baik lagi.

Namun saat usianya hampir menginjak empat tahun, Haydar menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Ketika dibawa ke empat psikiater oleh keduanya, ternyata Haydar juga mengalami gangguan hiperaktif.

Eki dan Nadya juga terus memberikan semangat untuk Haydar agar mau berusaha berbicara lebih baik. Meski seringkali hampir putus asa, begitu pun dengan istrinya, keduanya terus saling menguatkan. Apalagi ketika Haydar mulai menunjukan perkembangan dengan mampu mengeja huruf menjadi kata dan rangkaian kalimat, rasa syukur menjadi tak terhingga.

“Saya bilang sama Haydar, dunia gak akan maklum sama kamu kalau kamu gak mau berusaha berbicara lebih baik,” ujarnya.

Seiring perkembangan Haydar, mimpi sederhana Eki dan Nadya untuk melihat anaknya bisa berbicara dan mendengar jelas, justru menjadi lebih besar lagi. Salah satunya dengan membayangkan Haydar bisa mencapai sesuatu yang mungkin sulit diraih oleh orang normal sekalipun, yaitu hafiz.

“Mulai lulus SD, lanjut SMP di Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Quran Ungaran Jawa Tengah selama tiga tahun. Kemudian melanjutkan jenjang SMA di Madrasah Aliyah (MA) As-Surkati Salatiga Jawa Tengah selama 4 tahun,” ujar Nadya, ibu Haydar.

Dalam kesempatan tersebut, Haydar pun mengaku jika keinginan masuk pondok pesantren dan menghafal Alquran adalah inisiatifnya sendiri. Dia ingin memberikan mahkota kepada kedua orang tuanya di Surga kelak.

“Waktu lulus SMP alhamdulillah saya hafal delapan juz tapi kemudian saya ingin lanjut lagi sampai 30,” kata Haydar kepada suarasurabaya.net.

Total selama tujuh tahun, Haydar berhasil menyelesaikan hafalannya hingga mendapat piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada 2 Juli 2020, sebagai Penyintas Tunarungu Pertama Penghafal Alquran.

Haydar bersama ayah dan ibunya saat sharing pengalaman gangguan pendengarannya kepada 30 anak gangguan pendengaran lainnya, Minggu (19/6/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Kini Haydar melanjutkan pendidikannya di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jawa Timur di Surabaya. Mahasiswa semester 4 program studi Ilmu Komunikasi ini ingin memberikan semangat kepada para penyintas tunarungu lainnya agar bisa menjadi teladan untuk terus meraih cita-cita dan bermanfaat bagi sekitarnya.

Haydar mengaku bersyukur masih bisa berkesempatan mendengar meski menggunakan alat bantu. Dia berharap ketika lulus kuliah nanti, bisa meraih kesuksesan untuk menolong sesama.

“Nggak pernah putus asa karena justru bersyukur masih bisa dengar. Nanti ingin jadi pengusaha biar bisa punya uang dan membantu yang membutuhkan,” pungkas Haydar.

Sebagai informasi, Haydar dan kedua orangtuanya diundang sebagai pembicara di acara Family Gathering Sahabat Kasoem se-Jawa Timur oleh Kasoem Hearing Center di Hotel Ibis Style Surabaya, Minggu. Mereka memberikan semangat kepada para orang tua sekaligus anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran untuk terus bertumbuh dan berkembang. (bil/lta/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs