Jumat, 22 November 2024

Kemenkes: Pemerintah Gerak Cepat Tangani Gangguan Gagal Ginjal Akut

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
dr Siti Nadia Tirmidzi Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Foto: covid.go.id

Siti Nadia Tarmizi Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan mengatakan pemerintah bergerak cepat menangani gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak, lantaran berbeda dengan gangguan ginjal akut pada kasus-kasus yang dilaporkan sebelumnya.

“Agustus lalu kami melihat laporan dari kasus gangguan ginjal akut meningkat sangat signifikan, ada 36 kasus. Oleh karena itu, awal September langsung kami klarifikasi data itu dan mencocokkan informasi data itu dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),” tuturnya dalam sebuah diskusi yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Ia melanjutkan bahwa setelah melakukan banyak pembahasan tentang kasus tersebut, IDAI setuju jika kasus yang terjadi saat ini adalah penyakit gagal ginjal yang berbeda.

Menurut Nadia, pasien di Indonesia menghadapi kondisi klinis yang gejalanya seperti orang gangguan ginjal akut. Di mana pasien tidak bisa buang air kecil secara tiba-tiba. Namun hal tersebut tidak disertai dengan penyakit-penyakit sebelumnya, padahal gangguan ginjal akut biasanya ada penyakit bawaan atau infeksi atau penyakit lainnya.

“Kalau yang ini kami temui adalah dalam waktu singkat penyakitnya cepat sekali menjadi buruk dan tidak ada gejala khas,” paparnya.

Bahkan dari kasus tersebut, Kementerian Kesehatan tidak menemukan penyebab konsisten dalam pemeriksaan yang dilakukan semisal membiakkan virus, membiakkan bakteri dan jamur dari spesimen darah dan urine.

Jika gagal ginjal akut dilakukan cuci darah kemungkinan sembuh sangat besar sampai 90 persen, tetapi gangguan ginjal akut yang menjangkiti banyak anak-anak terkhusus Agustus sampai Oktober 2022, tindakan cuci darah tidak memberikan hasil yang signifikan.

“Hanya 30 persen pada awal Agustus-September itu yang kemudian bisa sembuh dengan sempurna,” terang Nadia.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa pemerintah masih terus mencari tahu penyebab penyakit tersebut.

Sejauh ini, indikasi mengarah ke intoksikasi karena kemudian ada informasi dari kondisi yang sama dialami di Gambia, Afrika Barat, akibat adanya zat toksik cemaran dari pelarut yang selama ini digunakan untuk melarutkan atau menstabilkan cairan obat dalam bentuk sirop.

Sebagai informasi untuk diketahui, sebelumnya pemerintah memastikan obat antidotum Fomepizole injeksi untuk pengobatan pasien gangguan ginjal akut diberikan gratis kepada seluruh pasien.

Indonesia juga telah mendatangkan Fomepizole dari Singapura dan diuji coba kepada sepuluh dari 11 pasien gangguan ginjal akut di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Dari hasil uji coba itu, sebagian kondisi pasien mulai terlihat membaik dan stabil.(ant/rum)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs