Kombes Pol dr Erwinn Zainul Hakim Kabiddokes Polda Jawa Timur menanggapi rasa kecewa keluarga korban tragedi Kanjuruhan terhadap hasil autopsi yang menyebut tidak ada gas air mata di tubuh korban.
Erwinn mengatakan bahwa proses autopsi dan pemeriksaan patologi yang dilakukan Perhimpunan Dokter Fokrensik Indonesia (PDFI) Jatim sudah dilakukan secara independen.
“Setahu kami sudah dilakukan secara independen oleh tim gabungan Forensik PDFI Jatim,” kata Erwinn saat dikonfirmasi, Jumat (2/12/2022).
Erwinn melanjutkan, dalam proses autopsi pihak PDFI Jatim juga melibatkan dua guru besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya sebagai penasihat.
PDFI Jatim juga memakai sejumlah peralatan laboratorium nasional yang terpercaya untuk pengambilan sampel. Dan melibatkan beberapa pihak independen.
“Saat autopsi melibatkan semua unsur independen lainnya untuk mengawasi, mulai TGIPF, KOMNAS HAM, LPSK, kejaksaan, tim TATAK PERADI, dan lain-lain,” ucap Erwinn.
Sedangkan waktu ditanya detail hasil autopsi, Erwinn tak bisa menjelaskan. Sebab, hasilnya dipasrahkan kepada PDFI Jatim. Dan nantinya hasil tersebut bakal dikaji di persidangan.
Sebelumnya, DA (41) ayah dari dua korban Tragedi Kanjuruhan berinisial NDR (16) dan NDB (13) mengaku kecewa dengan hasil pemeriksaan PDFI Jatim. Dia menduga, hasil autopsi itu sudah direkayasa dan dimanipulasi.
“Saya sangat sakit hati, ini tidak transparan, mereka janji di depan makam, dan mengingkarinya,” kata DA, waktu dikonfirmasi, Kamis (1/12/2022).
Sedangkan, Imam Hidayat, kuasa hukum keluarga korban juga menduga hasil autopsi itu dimanipulasi. Pasalnya, ada sejumlah temuan PDFI yang tak sesuai dengan kondisi jenazah.
Imam juga meragukan hasil temuan PDFI yang menyebut korban mengalami patah tulang iga dan tulang dada. Alasannya, dalam foto dokumentasi yang dimiliki keluarga, kaus yang dikenakan korban masih bersih waktu mereka pertama kali ditemukan.
Sehingga bukti itu menepis dugaan korban meninggal akibat terinjak atau karena kekerasan benda tumpul di bagian dada hingga menyebabkan beberapa tulangnya patah.
“Dalam foto dokumentasi keluarga, kaus yang dipakai almarhumah ini masih bersih, bahwa pertandingan hujan, kalaupun disebut meninggal terinjak, pasti kausnya kotor, karena stadion jadi becek,” ucapnya.(wld/iss)