Jumat, 22 November 2024

Kadinkes Surabaya Minta Fasyankes Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Potensi Kasus Hepatitis Akut

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Nanik Sukristina Kadinkes Kota Surabaya, Foto: Dok RS Soewandhi Surabaya

Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Surabaya meminta setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes), untuk meningkatkan upaya dan kesiapsiagaan mewaspadai potensi kasus Hepatitis akut.

“Sampai saat ini di Kota Surabaya belum ada laporan terkait penemuan kasus hepatitis akut,” kata Nanik Sukristina saat dikonfirmasi suarasurabaya.net, Kamis (5/5/2022).

Meski begitu, melalui surat edaran yang dikeluarkan pada 28 April 2022, pihaknya telah meminta setiap Fasyankes untuk meningkatkan upaya dan kesiapsiagaan mewaspadai potensi kasus tersebut.

“Surat Edaran itu menindaklanjuti SE Kemenkes RI No HK 02/C/2515/2022, tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus Hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya pada tanggal 27 April 2022,” katanya saat dihubungi.

Seluruh fasilitas kesehatan, kata Nanik, terutama rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat di Surabaya diminta agar meningkatkan pengawasan. Sejumlah upaya meningkatkan kewaspadaan dini kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan pun harus dimaksimalkan.

Bagi setiap rumah sakit, Dinkes Surabaya meminta agar melakukan pengamatan semua kasus sindrom jaundice akut (perubahan warna kuning pada kulit), yang tidak jelas penyebabnya dan ditangani sesuai SOP serta pemeriksaan laboratorium.

“Kemudian, melakukan Hospital Record Review (HRR) terhadap Hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya sejak tanggal 1 Januari 2022, dan melaporkan segera jika ada penemuan kasus potensial sesuai indikasi kasus tersebut,” jelas Nanik.

Sedangkan bagi setiap Puskesmas, Nanik menyebut, pihaknya telah meminta agar seluruhnya melakukan penguatan komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada seluruh masyarakat Kota Surabaya.

Termasuk upaya pencegahan melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara konsisten, dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal.

“Selain itu, juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera mengakses Puskesmas setempat apabila mengalami sindrom jaundice (Penyakit kuning),” ujar dia.

Di sisi lain, Dinkes juga meminta setiap Puskesmas agar memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut secara rutin melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning, dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak.

Nanik juga meminta seluruh Puskesmas di Surabaya, agar melakukan penguatan jejaring kerja surveilans lintas program dan lintas sektor di masing-masing wilayah kerja.

“Segera memberikan notifikasi pelaporan melalui SKDR apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun penemuan kasus ke Dinkes Kota Surabaya,” tambahnya.

Nanik pun menjabarkan sejumlah ciri-ciri anak yang terjangkit hepatitis akut. Mulai dari penurunan kesadaran, Pyrexia (Demam Tinggi), muncul perubahan warna urin menjadi gelap dan feses yang berwarna pucat, Jaundice (terjadinya perubahan warna menjadi kekuningan pada kulit, bagian putih dari mata, dan juga membran mukosa anak) dan Pruritis (gatal pada kulit).

“Selain itu, ciri lain adalah Arthralgia/ myalgia (Nyeri Sendi atau pegal-pegal). Kemudian mual, muntah, atau nyeri perut. Ciri lain yakni, lesu, atau hilang nafsu makan dan diare,” papar Nanik.

Kadinkes juga meminta orang tua agar tetap tenang, jika ada anak terindikasi tertular hepatitis akut.

Langkah selanjutnya, kata dia, orang tua harus segera membawa anak tersebut ke Fasyankes terdekat untuk dilakukan penanganan dari Tim Medis dan pemeriksaan lebih lanjut.

“Juga, melaporkan ke Puskesmas di wilayah tempat tinggal untuk selanjutnya dilakukan investigasi atau penelusuran sebagai upaya pencegahan penularan,” pesan dia.

Menurut Nanik, hingga saat ini belum diketahui secara pasti bahaya dari penyakit ini. Mengingat penyakit ini masih dalam tahap investigasi oleh WHO.

Berdasarkan laporan dari WHO, sampai saat ini kasus baru ditemukan pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.

“Dikarenakan penyebabnya masih belum diketahui, maka penanganan yang dilakukan untuk mengurangi gejala yang timbul,” ujarnya.

Meski demikian, Kadinkes pun mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan berhati-hati. Sebagai langkah pencegahan, ia berpesan agar masyarakat tetap menerapkan PHBS secara konsisten dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal.

“Dengan cara mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan-makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri serta memakai masker dan menjaga jarak,” tuturnya.

Sebagai bentuk deteksi dini, kata Nanik, jika menemukan anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran/ kejang, lesu dan demam tinggi,  agar segera mengakses dan memeriksakan ke Fasyankes terdekat.

Selain itu, juga membatasi mobilisasi keluar rumah dan luar wilayah sehingga dapat mencegah risiko penularan penyakit.

“Dan terakhir adalah konsisten menerapkan protokol kesehatan dalam berinteraksi sosial dan berkegiatan sehari-hari,” pungkas Kadinkes Surabaya. (tha/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs