Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjuk Indonesia sebagai salah satu negara penerima transfer teknologi pembuatan vaksin Covid-19 berbasis Messanger Ribonucleic Acid (mRNA).
Vaksin dengan platform mRNA tidak menggunakan virus yang dilemahkan atau dimatikan. Tapi, memakai komponen genetik yang direkayasa supaya mirip virus tertentu untuk memicu antibodi tubuh manusia.
Retno Marsudi Menteri Luar Negeri mengatakan, Indonesia sudah lama fokus pada isu ketahanan kesehatan global melalui pengembangan dan produksi vaksin.
Pengembangan dan produksi vaksin juga masuk dalam program prioritas Presidensi Indonesia di forum Group of Twenty (G20).
Menurut Menteri Luar Negeri, PT.Bio Farma BUMN bidang farmasi mendapat kepercayaan sebagai salah satu penerima transfer teknologi pembuatan vaksin berbasis mRNA.
“Indonesia dan Bio Farma dipercaya menjadi salah satu penerima transfer teknologi vaksin berbasis mRNA. Bio Farma adalah industri vaksin terbesar di Asia Tenggara. Ini merupakan solusi yang dibutuhkan negara berkembang untuk memberdayakan dan memperkuat ketahanan kita, dan solusi yang memperbolehkan kita untuk berkontribusi untuk ketahanan kesehatan,” ujarnya secara virtual dari Jenewa, Swiss, Rabu (23/2/2022).
Berdasarkan data, PT Bio Farma punya kapasitas produksi lebih dari 3,2 miliar dosis vaksin per tahun, dan memproduksi 14 jenis vaksin yang sudah dikirim ke lebih dari 150 negara.
Dengan kemampuan produksi vaksin dalam jumlah banyak, Retno menilai Bio Farma sangat layak menjadi pusat produksi vaksin mRNA di Tanah Air.
Menteri Luar Negeri juga berharap Indonesia mampu memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 untuk kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, Tedros Adhanom Ghebreyesus Direktur Jenderal WHO menyatakan, penunjukan Indonesia sebagai negara penerima transfer teknologi pembuatan vaksin mRNA berdasarkan sejumlah pertimbangan.
Salah satunya, urgensi untuk meningkatkan produksi vaksin lokal, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Lebih lanjut, Dokter Tedros bilang tujuan program transfer teknologi dan produksi juga untuk menyediakan pasokan berbagai jenis vaksin selain Covid-19, seperti malaria, tuberkulosis, dan kanker.
Lewat program itu, produsen vaksin dari negara berpenghasilan rendah dan menengah bisa menerima pelatihan cara memproduksi vaksin tertentu, dan mendapat lisensi.
Terkait pelatihan produksi vaksin, WHO membentuk WHO Academy yang didukung Pemerintah Republik Korea (Korea Selatan) untuk mengakomodir peserta pelatihan dari berbagai negara.(rid/dfn/rst)