Sabtu, 23 November 2024

Hasil Uji Lab Sungai Kalidami yang Penuh Busa Kategori Tercemar Ringan Hingga Sedang

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Permukaan Sungai Kalidami Surabaya, tertutup busa putih pada Selasa pagi (2/8/2022). Foto: Andreas via WhatsApp Suara Surabaya

Hasil uji lab Sungai Kalidami yang penuh busa pada Selasa (2/8/2022) sudah keluar. Berdasarkan hasil tersebut, tingkat pencemaran di Sungai Kalidami masuk ke dalam kategori ringan hingga sedang.

Andhini Kusumawardani Kepala Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Surabaya mengatakan, untuk memastikan kondisi sungai petugas DLH melakukan pengujian sampel ke laboratorium. Dari pemantauan sampel yang diambil di tiga titik, dua di antaranya menunjukkan indikator tercemar ringan, satu lainnya tercemar sedang.

“Di Sal Primer Kalidami Pakuwon City tercemar sedang. Rumah Pompa Kalidami I dan Rumah Pompa Kalidami II (Boezem) tercemar ringan,” papar Nina saat ditemui suarasurabaya.net, Jumat (26/8/2022).

Menurutnya, hasil uji lab ini bisa berubah-ubah tergantung pada beban pencemar yang masuk.

“Bisa hari ini tinggi, minggu depan, bulan depan, yang masuk tidak terlalu tinggi,” jelasnya.

Ia melanjutkan, berdasarkan beberapa parameter yang diuji, secara umum Sungai Kalidami memenuhi baku mutu air yang ditetapkan dalam kelas 4.

“Parameter inti yang diuji yaitu BOD (kebutuhan oksigen biokimiawi), COD (kebutuhan oksigen kimiawi), DO (oksigen terlarut), TDS (padatan terlarut total), TSS (padatan tersuspensi total), Fecal Coliform, dan Total Coliform. Infonya, hasil uji labnya itu parameternya masih di bawah baku mutu kelas 4, jadi memenuhi. Sedangkan yang melebihi itu (baku mutu), BOD dan detergen. Kelas 4 memang tidak ada parameter detergen, tapi dibandingkan parameter kelas 1 sampai 3, detergen 0,2 itu melebihi, jadi melebihi parameter detergen,” kata Nina, sapaan akrabnya pada suarasurabaya.net, Jumat (26/8/2022).

Diketahui, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sungai terbagi menjadi 4 kelas yang dibedakan atas baku mutu dan peruntukannya.

Kelas 1 untuk bahan baku air minum, kelas 2 untuk sarana/prasarana rekreasi air, budidaya ikan, peternakan, dan pertanaman. Kelas 3 sama dengan sebelumnya kecuali rekreasi air, serta peruntukan lain sesuai mutu yang sama. Kemudian kelas 4 untuk pengairan pertanaman atau lainnya dengan syarat mutu yang sama.

Nina melanjutkan, tingginya kandungan BOD, menandakan banyak cemaran limbah organik. Ini disebabkan pipa buangan limbah rumah tangga langsung mengarah ke sungai.

“Biasanya limbah domestik dari aktivitas manusia. Mulai masak, nyuci, mandi, buangan dapur, dan lain-lain. Kalau kita lihat, sepanjang Kalidami banyak pipa-pipa buangan dari rumah tangga masuk ke sungai,” kata Nina lagi.

Peristiwa itu mendapat sorotan dari Prigi Arisandi Direktur Institut Pemulihan dan Perlindungan Sungai (INSPIRASI). Saat dihubungi Suara Surabaya di hari yang sama saat insiden ini terjadi, ia mengatakan limbah busa bisa mengganggu pembentukan telur ikan. Bahkan untuk efek jangka panjang jumlah ikan menjadi sedikit karena mati terdampak limbah.

Andhini Kusumawardani Kepala Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Surabaya saat ditemui suarasurabaya.net membenarkan bahwa kondisi itu bisa terjadi jika parameter DO terus berada dalam keadaan rendah.

“Kalau kemarin (2/8/2022) DO-nya rendah berdasarkan hasil uji lab. Artinya ikan, tanaman air susah hidup atau bahkan mati karena tidak ada oksigen. Tapi memang, DO ketika pengambilan langsung pasti tinggi. Karena ada turbulensi pasti udara masuk. Hanya saja, kemarin DO diambil dibawa ke lab, tidak ada oksigen,” paparnya.

Namun menurutnya, yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah upaya agar parameter tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan. Termasuk langkah-langkah jangka panjang untuk meminimalisir kejadian serupa tidak terjadi lagi.

“Untuk jangka panjang kita akan perbanyak Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tapi memang membutuhkan banyak biaya. Kedua, fitoremediasi menggunakan eceng gondok. Akar serabutnya bisa menyerap polutan. Tapi jangan sampai malah menyumbat dan menimbulkan masalah baru, seperti banjir. Juga perilaku pengelolaan limbah rumah tangga,” rincinya.

Ia menegaskan perilaku masyarakat dalam mengelola limbah rumah tangga harus berubah. Pasalnya,jika limbah-limbah tersebut masih tinggi, maka busa akan kembali muncul ketika pompa dinyalakan.

“Solusinya memang bukan pompa dimatikan, karena pompa kan pengendali banjir. Sementara setiap nyala, terjadi pengadukan, akhirnya timbul busa. Jadi, bagaimana treatment sungai agar tidak muncul busa,” tandasnya.

Sementara itu Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menjelaskan, solusi dari permasalahan itu adalah membuat IPAL komunal. Sementara di Kota Surabaya hanya sebagian besar kampung yang memiliki. Ia mengaku sedang berkoodinasi dengan pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Jadi artinya air-air yang masuk ke badan sungai harus diolah dahulu. IPAL Komunal harus ada. Di Surabaya hanya sebagian besar di kampung-kampung, ya yang menang lomba-lomba lingkungan itu-itu saja karena mereka membuat sendiri,” tambah Hebi.

Hebi juga memastikan munculnya busa di Sungai Kalidami waktu itu bukan karena limbah industri.

“Industri tidak ada di sana, paling di SIER semua. Juga setiap usaha di Surabaya seperti hotel, bahkan restoran saja untuk dapat izin operasional harus punya IPAL,” pungkasnya.(lta/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs