Dalam kunjungan kerja Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur ke Mesir, banyak membahas kerja sama strategis bersama Negeri Piramida itu.
Terbaru, Khofifah bertemu dengan Syaikh Ahmad At-Thayeb Grand Syaikh Al-Azhar University. Dalam pertemuan itu, sang Gubernur membahas tentang kuota tambahan beasiswa berkuliah di Al-Azhar University bagi mahasiswa Jatim.
“Saat ini kuota mahasiswa beasiswa dari Pemprov Jatim sebanyak 30. Kita berharap kuota ini bisa ditambahkan. Khususnya untuk bidang ilmu eksak dan applied science,” kata Khofifah dalam keterangannya, Jumat (25/11/2022).
Menurut Khofifah, Universitas Al-Azhar memiliki peran strategis dalam penyebaran dan implementasi Islam yang moderat.
Bahkan Universitas Al Azhar memiliki pusat penelitian khusus terkait pencegahan paham ekstrem atau yang disebut dengan Al Azhar Observatory for Combating Extremism.
Lembaga tersebut secara kuat memiliki arah gerakan untuk mencegah penyebaran paham yang ekstrem. Maka dari itu Khofifah berharap ada kerja sama dengan perguruan tinggi Jatim khususnya untuk pengembangan moderasi Islam.
“Insya Allah nanti ada kampus dari Jatim yang akan bekerja sama dengan Al Azhar khususnya untuk melakukan kajian dan implementasi moderasi Islam,” ujarnya.
Sementara itu, Syaikh Ahmad At-Thayeb menyambut antusias kedatangan Khofifah beserta rombongan. Bahkan Grand Syeikh juga memberikan delapan buku karyanya untuk Gubernur.
“Silahkan Ibu Gubernur Khofifah untuk menerjemahkan, menerbitkan dan juga menyebarluaskan buku ini. Kami akan senang jika ibu yang menuliskan ulang langsung. Karena kami memberi kewenangan untuk itu,” ucap Syaikh Ahmad.
Sementara itu, terkait permintaan penambahan kuota beasiswa mahasiswa Jatim, Grand Syaikh menyambut baik usulan tersebut. Dia akan segera membicarakan usulan itu dengan KBRI di Mesir.
“Mahasiswa Indonesia terkenal dengan kecerdasannya dan juga sopan santunnya yang tinggi. Maka kita akan bicarakan ini dengan KBRI,” jelasnya.
Terakhir, Suko Widodo Wakil Ketua Komite Komunikasi Digital Jatim mendukung inisiasi kerjasama dengan Universitas Al Azhar dalam kaitan penyebaran moderasi Islam. Menurutnya Jatim dan Indonesia membutuhkan lembaga serupa yang dimiliki Universitas Al Azhar.
“Di era digital seperti saat ini, munculnya radikalisme dan penyebaran paham ekstrem melalui media sosial potensinya sangat tinggi. Maka kita harus punya unit dan organisasi untuk mengantisipasi, mengkaji dan meluruskan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin,” pungkas Suko Widodo.(wld/iss)