Jumat, 22 November 2024

Gerakan Patungan Besek Kurangi Sampah Plastik Saat Iduladha

Laporan oleh Retha Yuniar
Bagikan
Salah satu pengrajin besek Desa Tegaren Trenggalek, Foto : Dok. Komunitas Akta Bumi

Komunitas Akta Bumi mengkampanyekan gerakan patungan besek jelang Hari Raya Iduladha untuk kurangi sampah plastik dan berdayakan kampung produksi besek Desa Tegaren Trenggalek.

Gerakan voluntarisme ini sejalan dengan Surat Edaran Menteri LHK Nomor SE.4/MENLHK/PSLB3/PLB.2/6/2022 tentang Pelaksanaan Hari Raya Iduladha Tanpa Sampah Plastik, mengingat potensi peningkatan timbulan sampah plastik dalam pembagian daging kurban tersebut.

“Satu sapi rata-rata menghasilkan 200 sampah plastik. Bayangkan kalau satu masjid menyembelih lima sapi. Bisa sekitar seribu sampah plastik dari satu masjid. Kalikan dengan jumlah masjid yang menyelenggarakan Idul Kurban,” ujar Muhammad Habib Rosyidi Project Leader Bekurban (Besek untuk Kurban) pada suarasurabaya.net, Selasa (5/7/2022)

Sinta Saptarina Direktur Pengurangan Sampah KLHK memperkirakan jumlah konsumsi hewan kurban pada 2022 mencapai 1.814.403 ekor.

Berdasarkan data tersebut, jika masih banyak yang menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk penyaluran daging kurban, berpotensi menghasilkan timbulan sampah kantong plastik sebanyak 124.265.950 lembar.

Keprihatinan melihat lonjakan sampah plastik pada setiap momen Iduladha membuat Habib Rosyidi dan kawan-kawan Akta Bumi menginisiasi gerakan Patungan Besek bertajuk ‘Bekurban’ (Besek untuk Kurban).

Selain mengangkat konsep ramah lingkungan, Akta Bumi juga bermaksud memberdayakan perajin besek di Desa Tegaren Trenggalek.

Kegiatan voluntarisme Akta Bumi berangkat dari kegiatan KKN Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran pada 2018. Di sini Habib melihat potensi desa yang luar biasa namun prihatin melihat mayoritas anak mudanya justru memiliki orientasi lebih untuk bekerja di kota dan meninggalkan desa.

“Akhirnya kami berinisiatif, berkoordinasi dengan Bumdes untuk mencoba menyambungkan para perajin ke akses pasar,” kata dia.

Hal ini dilakukan karena pembuatan besek menjadi salah satu mata pencaharian utama penduduk Desa Tegaren selain menjadi petani.

Berdasarkan data desa yang didapat oleh Habib Rosyidi, Desa Tegaren terdiri dari 12 Rukun Tetangga dengan total penduduk sebanyak 1.688 jiwa. 903 di antaranya berjenis kelamin perempuan dan 785 sisanya merupakan laki-laki.

“Mayoritas bekerja sebagai perajin besek. Para Ibu yang menganyam. Kaum Bapak yang memproses bambunya,” imbuhnya.

Habib menyebut, rata-rata perajin bisa menghasilkan 30 besek per hari nya. Satu unit besek hanya dihargai sebesar Rp. 500 – 1.000.

Mereka berharap produksi besek warga Trenggalek tidak hanya digunakan masyarakat lokal di sana tapi bisa di gunakan masyarakat Kota Surabaya dan sekitarnya.

“Selain menambah nilai jual agar para perajin bisa lebih sejahtera. Juga menyebarkan gaya hidup ramah lingkungan di kehidupan kota,” harapnya.

Gerakan patungan besek ‘Bekurban’ yang diinisiasinya memakai konsep crowdfunding di mana setiap orang boleh berdonasi ataupun membeli.

Kegiatan yang sudah berjalan sejak 2019 ini biasa mendistribusikan besek ke beberapa masjid di kawasan Dolly, beberapa musholla dan masjid di Surabaya, Sidoarjo dan Jombang.

Akta Bumi berharap, besek bisa jadi kebutuhan di setiap rumah tangga, bukan hanya pada momen Iduladha.

“Tahun ini kami menargetkan bisa mendistribusikan 200 kodi besek untuk pembagian daging kurban. Sejauh ini donasi yang didapatkan sudah mencapai 80 persen,” pungkasnya. (tha/iss/ipg)

 

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs