Seorang gadis disabilitas tuna rungu berinisial P (14) di Tambaksari Surabaya, disetubuhi secara paksa oleh tetangganya sendiri. Sementara terduga pelaku, saat ini dikabarkan tengah melarikan diri.
Kronologi diawali pada Rabu (15/6/2022) dini hari, saat AS selaku ibu korban yang telah tertidur, tidak sengaja bangun melihat korban yang merupakan anak pertamanya tidak ada di sampingnya. AS semakin panik ketika melihat sandal jepit milik P tidak ada di teras.
Sekitar hampir pukul 02.00 WIB, AS membangunkan anak terakhirnya yang sedang tidur untuk ikut mencari P di kampungnya, dengan mengecek teras rumah demi rumah untuk melihat apakah ada sandal milik anaknya.
Namun, pencarian tersebut tidak kunjung membuahkan hasil. Hingga pada akhirnya, tepat pukul 02.30 WIB, P keluar dari rumah terduga pelaku yang hanya berjarak 5 bangunan dari seberang kediaman AS.
Dengan wajah ketakutan, P langsung menghampiri ibunya yang sontak memarahi anaknya itu di dalam rumah karena keluar tengah malam.
Menggunakan bahasa isyarat, P seolah bercerita bahwa ia telah disetubuhi oleh HS (45), terduga. Mendengar cerita tersebut, AS tidak terima dan langsung melabrak HS di kediamannya, namun terduga pelaku mengelak atas perbuatannya.
Selanjutnya pada Rabu pagi, kejadian ini diketahui para tetangga bahkan hingga tingkat RT/RW. AS yang masih syok, berusaha menguatkan dirinya untuk mengetahui pengakuan anak gadisnya itu. Beberapa warga membantu memperagakan isyarat tindakan yang kemungkinan dilakukan oleh terduga pelaku. Akhirnya P mengaku sempat melawan terduga pelaku saat disetubuhi. Namun tidak berdaya karena tangannya diikat dan mulutnya dibekap oleh HS.
Setelah yakin, anaknya disetubuhi, AS langsung melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Surabaya. Esok harinya pada Kamis (16/6/2022), P menjalani visum di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, diidampingi beberapa anggota keluarganya. AS tak kuasa menahan kesedihannya ketika mendengar pernyataan dokter yang membenarkan bahwa anaknya telah disetubuhi.
“Katanya betul ada luka baru, kemerahan, dan pembengkakan karena benda tumpul yang masuk pada alat vitalnya,” ujar NM, saudara AS yang merupakan bibi P saat memberi keterangan pada suarasurabaya.net, Rabu (22/6/2022).
NM bersama Rukun Warga (RW) setempat, sempat berinisiatif mempertemukan keluarga terduga pelaku dan korban, Minggu (18/6/2022). Dalam pertemuan itu, keluarga terduga pelaku mengaku tidak tahu di mana keberadaan HS.
“Pelaku sudah tidak ada, terakhir ketemu saat saya labrak,” kata AS, ibu korban.
Bahkan sejak pertemuan hari Minggu, AS mengatakan, kediaman terduga pelaku sudah kosong. Laki-laki yang sudah menikah 2 kali dan terakhir pisah ranjang sekitar empat bulan dengan istrinya itu, meninggalkan rumah, begitu juga dengan anggota keluarganya.
Kini AS hanya berharap, dirinya segera dimintai keterangan oleh kepolisian dan terduga pelaku dapat diamankan.
“Cuma pengen segera ditangkap, karena saya juga was-was. Saya tinggal hanya bersama dua anak. Ada adik laki-laki tapi bekerja. Sekarang tiap malam saya tidak pernah tidur karena takut, posisi pelaku tidak tahu ada di mana,” ujar AS.
Untuk diketahui, sehari-harinya P hanya tinggal bersama ibu kandungnya, adik, dan pamannya.Fakta paling menyayat hati, yakni P tidak pernah mengenyam bangku pendidikan dan terakhir hanya sekolah play group (PG).
Kondisi bicaranya yang tidak jelas membuatnya minder, sehingga tidak mau sama sekali sekolah. AS juga mengaku tidak tega jika harus menyekolahkan anaknya di Sekolah Luar Biasa (SLB). Di samping itu, keterbatasan biaya juga menjadi alasan.
Usai bercerai, dua anak AS ikut bersama mantan suaminya di Jember. Sementara AS yang hanya bekerja serabutan harus berjuang menghidupi dua anaknya yang lain, salah satunya adalah P.
Dikonfirmasi secara terpisah, AKBP Mirzal Maulana Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya membenarkan bahwa kasus persetubuhan yang menimpa gadis disabilitas di Tambaksari Surabaya itu, sudah dilaporkan.
“Baru melaporkan ya, saat ini penyidik melakukan penyelidikan,” kata AKBP Mirzal. (lta/bil/ipg)