Di balik musibah selalu ada berkah. Sesulit apapun pandemi Covid-19 yang dihadapi kondisi darurat oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, kreativitas pun tumbuh.
Salah satunya dengan menciptakan inovasi maneken pembelajaran bagi mahasiswa spesialis Obstetri dan Ginekologi.
Dokter Eighty Mardiyan, SpOG (K) dosen FK Unair menyampaikan jika pandemi Covid-19 membuat anak didiknya tidak bisa bertemu pasien seperti sebelumya.
“Jadi bisa dibayangkan, biasanya anak didik kami yang semester lima sudah lihai sekali melakukan sesar, tapi ketika kasus Covid naik, maka pasien yang datang ke RSUD dr. Soetomo bukan kasus sesar yang bisa untuk pengenalan pembelajaran tahap awal,” ungkapnya, Selasa (31/5/2022).
Kendala lainnya, saat kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya makin membuat khawatir sebab seorang dokter, lebih mudah terapar Covid-19 kalau semakin lama operasinya.
Di sinilah mulai terpikir bagaimana caranya anak didiknya tetap dapat latihan skill atau latihan ketrampilan kompetensi dasar meskipun kesempatan bertemu dengan pasien itu berkurang.
“Jadi kami terpikir membuat maneken dan bekerjasama dengan Djoko Kuswanto. kepala Laboratorium Integrated Digital Design (i-Dig) Dispro ITS,” katanya.
Dokter Riska Wahyuningtyas SpOG, salah satu pencetus ide ini mengatakan jika maneken ini ruptur perineum derajat 3 dan 4. “Ini adalah maneken untuk bedah operasi sesar dan manekin untuk angkat rahim,” jelasnya.
Maneken ini dibuat dengan desain khusus dan bahan serta biaya yang lebih minimal dibandingkan maneken yang diproduksi di luar negeri. Kata Riska, di Indonesia belum ada yang serupa dengan ini karena kebanyakan masih harus diimpor dari luar negeri.
“Perbandingan dega buatan luar negeri mungkin lebih advance, ada seperti pembuluh darahnya itu bisa keluar darahnya,” ungkapnya.
Sedangkan maneken ini berusaha lebih maksimal pada supaya calon dokter spesialis obgyn itu lebih memahami anatomi secara detail sehingga tidak salah ketika mereka langsung ke pasien.
“Dari segi biaya juga semakin kecil, karena dari segi biaya kurang lebih 10 persen dengan buatan luar negeri karena kalau kita menggunakan maneken ini karena kita menggunakan metode yang bisa dilepas bahan sehingga yang utama, itu kita tidak memproduksi banyak jadi kita hanya memproduksi banyak bahan yang habis pakai saja,” ujarnya.
Maneken ini juga sudah diuji coba kepada mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
“Hasilnya, mereka memiliki kepuasan mencapai 80-100 persen. Dengan menggunakan maneken ini, kepercayaan diri mereka meningkat, selain itu pengetahuan baik itu secara sensorik maupun motorik juga meningkat,” ungkapnya.(man/ipg)