Jumat, 22 November 2024

FK Unair Akan Bangun Museum Digital Alat Kesehatan Kuno untuk Edukasi Sejarah

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Budi Santoso Dekan FK Unair di pameran memorable object exhibition, Sabtu (12/11/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya berencana membangun museum digital yang menghimpun alat-alat kesehatan kuno. Ratusan alat itu untuk mengedukasi mahasiswa, pentingnya sejarah untuk mendukung kemajuan masa depan.

Budi Santoso Dekan FK Unair menyebut, rencananya museum digital itu akan berada di salah satu dari 14 lantai bangunan.

“Pakai gedung perpustakaan ini rencananya dihancurkan awal 2023,” kata Budi pada suarasurabaya.net, saat ditemui di acara penutup rangkaian Dies Natalis FK Unair, Sabtu (12/11/2022).

Kini, Budi mengaku masih menimba ilmu ke museum-museum digital lainnya. Nantinya, selain alat kesehatan kuno, akan ada rangkaian sejarah FK Unair yang bisa ditayangkan visual.

“Kita mau belajar ke museum lainnya yang pengelolaannya sangat profesional. Ada sistem digitalnya, bisa lihat peralatan sejarah-sejarah tahun lalu dengan cara ditampilkan visual. Macam-macan, artinya tidak mesti harus barangnya secara utuh, tapi ada rangkaian sejarah yang bisa dilihat peralatan proyektor atau seperti itulah,” paparnya.

Hingga kini, lanjut Budi, masih proses pengumpulan dari guru besar-guru besar FK Unair yang sudah pergi terlebih dahulu. Alat-alat kesehatan yang dipamerkan itu pernah dipakai praktik semasa hidup mereka.

“Biasanya guru besar yang wafat, keluarganya menyerahkan. Kemarin terakhir, tokoh yang membuat museum (FK Unair) itu Prof. Indropo Agus, keluarganya menyerahkan ke kami ada dua kotak besar, belum saya lihat berapa,” imbuh Budi.

Alat-alat kesehatan kuno itu beragam. Mulai dari stetoskop, tensimeter, korset, kuretase dan beberapa peralatan obgyn.

“Rencananya (selesai) sebelum tahun 2025,” tambahnya lagi.

Budi menilai, itu penting dilakukan. Selain menghormati sejarah, juga memotivasi mahasiswa sebagai generasi penerus untuk menjadi dokter lebih baik dengan peralatan yang lebih maju pula.

“Peralatan sekarang dengan beberapa tahun dan puluhan tahun lalu beda, jadi kalau dipamerkan akan bisa membandingkan sekarang canggih. Memotivasi kita, membuat kita tertantang dengan alat sederhana saja dulu sudah baik sekali, mungkin sekarang harus lebih baik,” terangnya.

Diketahui dalam acara penutup rangkaian Dies Natalis Unair ke-68 dan FK Unair ke-109, panitia menggelar memorable object exhibition. Isinya, mulai dari seragam kuliah para mahasiswa puluhan tahun lalu, surat pembayaran UKT semester, potongan koran yang memberitakan kelulusan dan ketidaklulusan mahasiswa terdahulu, serta kenangan-kenangan lainnya.

Emil Bakhtiar Murat, salah satu lulusan FK Unair, dokter spesialis paru turut hadir dalam pameran itu. Ia berharap, kenangan-kenangan mengenai dirinya dan kawan-kawan seangkatannya yang dipamerkan, bisa memupuk semangat mahasiswa untuk meneruskan FK Unair agar menjadi nomor satu di Asia.

“Dahulu kalau tidak lulus ya turun atau tertahan setengah tahun, malu. Kalau sekarang kan hanya kreditnya kurang berapa,” kata Emil bersama teman-temannya.

Selain pameran, FK Unair mengelar lari 5 kilometer yang diikuti seluruh mahasiswa juga alumni.(lta/rum)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs