Sabtu, 23 November 2024

Ekskavasi Situs Gemekan Mojokerto Hampir Tuntas, Sejumlah Temuan Teridentifikasi

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ekskavasi di Situs Gemekan, Mojokerto oleh tim BPCB Arkeolog Jatim. Foto: Fuad Maja FM

Ekskavasi Situs Gemekan di Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, menginjak masa penghujung penggalian.

Ekskavasi dilakukan selama enam hari, mulai 7-12 Februari 2022 yang melibatkan Tim Arkeologi BPCB Jatim.

Dari serangkaian ekskavasi tersebut, tim arkeolog menemukan sejumlah temuan.

Fuada Reporter Maja FM melaporkan, temuan itu di antaranya pemindaian denah situs yang diduga merupakan candi.

Kemudian, struktur kuno itu diketahui membelakangi Puncak Pawitra alias Gunung Penanggungan. Sehingga diperkirakan angka tahun prasasti itu jauh sebelum era Majapahit berdiri.

Andi Muhammad Said Pamong Ahli Budaya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim menerangkan, di penghujung proses ekskavasi tim berhasil mengekskavasi 24 kotak gali di kawasan Situs Gemekan.

Hasil penggalian itu memunculkan dinding keliling situs berukuran 32 meter persegi.

“Kami sudah identifikasi sudut-sudutnya dan sudah ketemu. Tapi pintu masuknya belum, karena masih belum kami buka semua. Untuk sementara ada beberapa yang sudah kami singkap, salah satunya di sisi timur ini,” ujarnya.

Dia juga menyebut, sejauh ini tim arkeolog BPBC Jatim juga sudah mengantongi denah Situs Gemekan yang didiga kuat bangunan candi.

Temuan di lapangan menunjukkan struktur bangunan itu menghadap ke arah timur. Artinya, struktur kuno itu tidak seperti sejumlah temuan lainnya yang didirikan di era Majapahit.

“Itu menghadap ke timur dan orientasinya ke barat. Kami sudah punya anggapan bahwa bangunan ini arah hadapnya berbeda seperti struktur temuan kebanyakan di Trowulan saat ini,” ungkapnya.

Temuan itu menjadi keunikan tersendiri bagi Situs Gemekan. Sebab, sejauh ini struktur bangunan suci yang dibangun di era Majapahit orientasinya menghadap ke Puncak Pawitra Gunung Penanggungan.

Apalagi, tim arkeolog tidak menemukan adanya batu umpak pada situs yang baru itu.

“Ini berada di wilayah Majapahit, tapi secara masa belum tentu sama. Menandakan adanya perbedaan dengan temuan-temuan di masa Majapahit (lainnya). Namun, kami masih mencari referensi bangunan yang tidak berorientasi ke pawitra itu berorientasi ke mana? Apakah karena arah mata angin atau ke tempat tertentu,” urainya.

Menurut Said, ada dua poin penting yang dikantongi tim ekskavasi usai melakukan rekonstruksi. Membuka seluruh bagian dinding keliling dan menggali bagian tengah struktur inti.

“Karena kita lihat itu bukan struktur yang kompak, seperti masih hancuran. Artinya, pada masa sebelumnya itu sudah pernah digali,” ujarnya.

Disinggung terkait hasil sementara proses pembacaan dan penafsiran aksara jawa kuno pada prasasti yang ditemukan di hari ketiga penggalian, pihaknya belum bisa bicara banyak.

Sebab, sejauh ini tim ahli epigrafi dari BPCB Jatim belum rampung membaca aksara kuno itu secara utuh. Namun, sebagian guratan yang ada pada batu andesit berdiameter sekitar 80 sentimeter itu menunjukkan angka tahun 800-an.

“Sekilas, angka tahunnya 800-an. Itu masanya Mpu Sindok, raja Kerajaan Medang atau mataram kuno. Eranya sebelum Majapahit,” katanya.(dfn/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs