Jumat, 22 November 2024

Ecoton: 93 Persen Air Sungai di Indonesia Sudah Tercemar Micro Plastic

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Prigi Arisandi Pendiri sekaligus Direktur ECOTON saat melakukan susur sungai. Foto : Doc pribadi Prigi Arisandi.

Prigi Arisandi aktivis lingkungan dan Direktur Ecological Observation and Wetland Conservations (Ecoton) menyebut, 93 persen air sungai di Indonesia sudah tercemar kualitasnya dengan micro plastic dan sampah lainnya.

Penyebabnya,karena sungai di Indonesia kerap digunakan sebagai tempat pembuangan limbah pabrik dan sampah secara sembarangan.

“Bukan hanya di Pulau Jawa yang banyak pabriknya, di Sumatera dan Kalimantan itu kebun sawitnya juga menghasilkan polusi yang luar biasa untuk sungai,” kata Prigi pada Radio Suara Surabaya, Minggu (25/9/2022).

Dari delapan juta ton plastik yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya, dia bilang Pemerintah hanya mampu mengolah sekitar tiga juta ton. Sisanya, ada potensi terbuang ke sungai sehingga terjadi pencemaran.

Bahkan, lanjut dia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu merilis data bahwa sungai di Indonesia hanya ada sekitar 20 persen yang aman untuk dikonsumsi. Sementara 80 persennya, dinyatakan sudah tercemar.

Akibatnya, Prigi menjelaskan jika banyak ikan-ikan yang hidup di sungai Indonesia mengandung micro plastic di dalam tubuhnya. Artinya, bisa jadi sangat rawan dan tidak baik untuk dikonsumsi.

“Sampah plastik yang terbuang di sungai tadi terpecah-pecah jadi ukuran lima milimeter, kemudian dimakan ikan karena dianggap sebagai plankton. Akhirnya, apa yang kita buang (sampah), kembali ke meja makan kita,” jelasnya.

Direktur Ecoton itu juga mengungkapkan, sejauh ini air sungai yang masih aman dari kontaminasi micro plastic hanya di kawasan cagar alam atau hutan lindung. Karena, kawasan-kawasan tersebut jauh dari area industri.

“Sungai di luar negeri kenapa kok sangat bersih sampai kadang predikatnya jadi yang terbersih? Karena mereka gak ada pabrik di sana, pabriknya justru di Indonesia. Ini pekerjaan ruy lagi buat kita. Pemerintah Indonesia juga impor sampah dari negara lain. Ini sebenarnya juga kolonialisasi secara tidak langsung,” imbuhnya.

Ke depan, Prigi berharap Pemerintah Indonesia benar-benar serius mengurus permasalahan pencemaran sungai ini. Contohnya, dengan menyiapkan anggaran khusus untuk penanganan dan pencegahan pencemarannya.

Sementara, untuk para pelaku pembuangan sampah di sungai, dia meminta supaya dihukum seberat-beratnya sesuai peraturan yang ada bila terbukti.

“Jangan nunggu yang viral saja seperti di sungai Citarum (Jawa Barat) karena sangat kotor, baru gerak. Selain itu fokusnya juga jangan di Pulau Jawa saja, kawasan lain juga diperhatikan,” pungkasnya.(bil/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs