Pimpinan DPRD Kota Surabaya mendorong Pemerintah Kota Surabaya segera mencairkan beasiswa untuk 13 ribu pelajar SMA/SMK/MA sederajat kurang mampu yang mencakup uang Rp200 ribu per bulan dan seragam.
Reni Astuti Wakil Ketua DPRD Surabaya mengatakan, memasuki caturwulan kedua tahun 2022, beasiswa SMA/SMK/MA sederajat belum terealisasi.
“Kami mendorong Pemkot untuk segera mencairkan beasiswa SMA/SMK, karena secara anggaran sudah ada di APBD Surabaya 2022,” katanya, dilansir Antara, Minggu (14/8/2022).
Kalau masih ada anak SMA/SMK yang belum terdaftar, lanjur Reni, maka Pemkot Surabaya harus mendata langsung.
“Bagi yang sudah mendaftar dan terpenuhi (kriterianya). Maka kami mendorong untuk segera dicairkan bulan ini. Bulan Agustus mestinya sudah cair,” imbuhnya.
Faktanya, masih ada pelajar SMA/SMK yang belum mendaftar Beasiswa Pemuda Tangguh jenjang SMA/SMK/MA sederajat, lantaran syarat-syarat tertentu. Oleh karena itu, Reni menekankan agar Pemkot dapat melakukan langkah jemput bola.
Menurutnya, agar semua anak dari keluarga tidak mampu atau masuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bisa terbantu, mekanisme pembiayaan bisa dilakukan perubahan dari yang sebelumnya beasiswa menjadi bantuan pendidikan melalui APBD 2022.
Legislator dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun meminta Pemkot Surabaya proaktif menyasar para siswa SMA/SMK/MA yang belum tersentuh usupaya bisa ditambahkan dalam Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD tahun 2022.
“Di PAK bisa menambah kurang lebih 25 ribu anak SMA/SMK dari keluarga MBR yang bisa langsung dibantu Pemkot selama terdata MBR, akurasi data MBR juga harus segera diperbaiki agar data dan fakta presisi,” lanjutnya.
Dia berharap program itu bisa berjalan di tahun 2023 mendatang dan dapat kembali dilanjutkan.
Sebelumnya, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya mengatakan, program beasiswa untuk menunjang beasiswa yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dia berharap beasiswa itu memberikan dampak positif bagi Arek-arek Suroboyo.
“Semoga tidak ada lagi pemuda Surabaya yang putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan sekolahnya,” kata Eri Cahyadi.(ant/des/rid)