Rahmad Handoyo anggota Komisi IX DPR RI mengatakan, kendati wabah cacar monyet atau monkeypox belum terkonfirmasi di Tanah Air, pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan berbagai langkah antisipasi.
“Sejauh ini cacar monyet memang belum ditemukan di Indonesia. Tapi mengingat bahwa kasus sudah menyebar di 88 negara. Ini berarti cacar monyet sudah sampai di teras negara kita. Jadi tidak ada pilihan, kita harus merespon dengan melakukan tindakan-tindakan antisipasi,” kata Handoyo di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Apalagi, kata Handoyo, peningkatan kasus cacar monyet yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai keadaan darurat kesehatan global ini sangat signifikan.
“Seperti halnya negara-negara lain di dunia, Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan, melakukan berbagai langkah antisipasi, mencegah penyebaran cacar monyet ini agar nantinya bila terdeteksi di kita tidak semakin meluas,” kata dia.
Handoyo mengatakan kasus cacar monyet yang melanda berbagai negara memang mengalami peningkatan secara signifikan. Disebutkan, pada 23 juli 2022, ketika penyakit ini dinyatakan oleh WHO sebagai darurat kesehatan global, jumlah kasus lebih dari 16 ribu orang dari 75 negara, dengan 5 kematian.
“Dari data yang kami terima, sebulan sebelum penetapan itu jumlah kasusnya baru 3.040 orang dari 47 negara. Nah, pada 6 Agustus 2022 ternyata kasus sudah mencapai 28.220 dan terkonformasi 88 negara. Artinya, dalam satu bulan, ada peningkatan lebih 100 persen jumlah kasus serta jumlah negara yang disasar,” ungkapnya.
Menurut dia, ada beberapa langkah antisipasi yang mendesak untuk segera dilakukan. Yang utama, masyarakat harus diedukasi menyangkut apa dan bagaimana sebenarnya cacar monyet itu.
“Masyarakat harus memahami bagaimana gejala wabah cacar monyet, cara penulannya dan sebagainya. Masyarakat juga harus tahu kapan waktunya harus konsultasi ke petugas kesehatan,” jelasnya.
Legislator asal Boyolali, Jawa Tengah ini mengatakan, hal yang tidak kalah penting adalah pemahaman tenaga kesehatan tentang cacar monyet. Termasuk peningkatan kemampuan deteksi laboratorium .
“Para nakes harus paham betul apa itu cacar monyet sehingga nantinya, ia bisa mendiognosisnya dengan tepat. Mungkin perlu juga dipertimbangkan agar para nakes diberi pelatihan, musus soal cacar monyet,” jelasnya.
Menurut Handoyo, surveilan epidemiologi perlu digalakkan dan diintensifkan.
“Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan bisa melakukan tracing ketat dan isolasi bagi suspek cacar monyet agar tidak menyebar dan bisa cepat ditangani,” kata Handoyo.
Dia mengatakan, untuk mencegah masuk ke Indonesia dan pengendalian bila terdeteksi, maka perlu adanya dipikirkan ketersediaan vaksin cacar monyet ini.
“Vaksin masih menjadi senjata utama dalam mencegah masuknya penyakit cacar monyet ke Indonesia. Apalagi kan tingkat efikasi vaksinasi mencapai 85 persen mampu menghalau penyakit cacar monyet. Meski tidak di gunakan secara meluas namun keterisediaan di peruntukan untuk orang orang yang membutuhkan,” jelas Handoyo.
Anggota Komisi IX ini mengatakan, sebagai langkah antisipasi, kesiapan rumah sakit harus jadi perhatian pemerintah, termasuk ketersediaan obat-obatan yang sesuai.
“Kita sudah punya pengalaman buruk ketika Covid-19 mengganas beberapa waktu lalu, rumah sakit tak mampu melayani pasien. Sempat juga terjadi kelangkaan obat-obatan. Hal seperti itu jangan sampai terulang,” kata legislator PDI Perjuangan ini.
Ditambahkan Handoyo, untuk melakukan langkah-langkah antisipasi tersebut pemerintah juga hendaknya membentuk suatu sistem atau mekanisme koordinasi multitisektoral guna memperkuat semua aspek.
“Saya kira, dengan langkah-langkah antisipasi tersebut, kita lebih mempersiapkan mengendalikan wabah cacar monyet bila kelak terdeteksi di kita, Tapi tentunya, kita tetap berharap wabah tersebut tidak sampai masuk ke Tanah Air.(faz/ipg)