Senin, 25 November 2024

DPR Desak Pemerintah Membuat Vaksin Seiring Munculnya Hepatitis Akut di Indonesia

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi Penyakit Hepatitis Akut Misterius. Grafis: Dukut suarasurabaya.net

Rahmad Handoyo anggota Komisi IX DR RI mendesak pemerintah untuk segera melakukan terobosan baru guna mempercepat penciptaan dan produksi vaksin dalam negeri.

“Untuk mengantisipasi penyakit hepatitis akut misterius serta penyakit-penyakit menular yang diakibatkan virus lainya, kita mendorong pemerintah untuk lebih berdikari dan berdaulat di bidang kesehatan, terutama di penciptaan vaksin,” kata Rahmad di Jakarta, Rabu (18/5/2022).

Dia mengatakan, jika berkaca dari penanganan pandemi Covid-19, serta munculnya penyakit hepatitis akut misterius, bisa dikatakan, Indonesia terlambat dalam penciptaan kemandirian di bidang vaksin.

“Saat pandemi ini kita masih mendatangkan 100 persen vaksin dari luar negeri, sementara vaksin merah putih masih dalam proses. Kondisi ini kan membuktikan kita sangat terlambat dalam membuat vaksin dalam negeri, karena vaksinasi ke satu dan ke dua sudah hampir selesai, vaksinasi booster tinggal sedikit,” kata dia.

Rahmad menyakini, secara keilmuan Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain dalam menciptakan vaksin. Ilmu dan teknologi untuk menciptakan vaksin sama saja.

“Mungkin yang menjadi kendala adalah masalah anggaran. Kita tahu, untuk melakukan uji klinis hingga tahap ketiga dibutuhkan anggaran ratusan miliar. Karena itu, ke depan kami akan mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan anggaran. Kita selaku bangsa harus bisa membuat vaksin sendiri, tidak tergantung vaksin dari luar negeri,” jelasnya

Menurut Rahmad, ada dua manfaat nyata jika Indonesia berdaulat dan mandiri di bidang vaksin. Manfaat pertama, vaksin bisa memenuhi kebutuhan bangsa sendiri sehingga Indonesia bisa lebih awal melindungi rakyatnya dan tidak tergantung dari vaksin dari luar negeri. Kedua, dari sisi anggaran, anggaran devisa Indonesia akan lebih hemat karena tidak lagi membeli vaksin dari luar negeri.

Ditambahkan Rahmad, mengingat dibutuhkan anggaran yang besar untuk melakukan uji klinis vaksin, maka bisa terlebih dahulu fokus penelitianya dilakukan uji praklinis di tingkat laboratorium yang tidak membutuhkan biaya terlalu besar.

“Kalau memang ternyata penyakitnya tidak berlanjut membahayakan ya, sudah tidak usah lagi dilanjut kepada tahap uji klinis satu, dua dan tiga karena ternyata penyakitnya bisa dikendalikan,”kata Rahmad.

Namun demikian, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) segera menjadikan penelitian kesehatan terutama penemuan vaksin harus menjadi prioritas. Termasuk segera melakukan percepatan penelitian virus hepatistis akut serta penyakit lainya.

Rahmad mengharapkan, Indonesia tidak sampai terlambat atau kecolongan lagi dalam penciptaan vaksin seperti penemuan vaksin Covid 19. Jika ada ledakan yang berwujud pandemi, maka Indonesia selaku bangsa sudah siap jika sudah bisa memproduksi vaksin sendiri.

“Ingat, vaksin adalah salah satu senjata kita dalam menangkal penyakit akibat virus yang menular,” kata Rahmad.(faz/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
29o
Kurs