Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kembali kehilangan putra terbaiknya karena Covid-19. Urip Murtedjo,dr., SpB.KL(K).FINACS(K).FICS, staf pengajar Departemen Ilmu Bedah FK Unair menghembuskan napas terakhir pada Minggu siang (13/3/2022) pukul 13.07 WIB di Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSUD Dr. Soetomo.
Almarhum dirawat di sana selama enam hari tepatnya sejak Selasa. Ini disampaikan oleh putranya, Dr. Bramantyo Harwindo, SpB.
“Sebelumnya masih beraktivitas seperti biasa. Tapi selasa pagi mengalami sesak napas, lalu oleh ibu kami langsung dibawa ke RSUD Dr. Soetomo,” terangnya.
Dokter Bramantyo menuturkan, ayahnya memiliki cukup banyak komorbid. Antara lain diabetes, hipertensi, ginjal, dan jantung, “karena komorbidnya yang cukup banyak, beliau juga belum sempat mendapatkan vaksin Covid-19 sama sekali,” terangnya.
Di mata anaknya, Almarhum merupakan sosok yang penyayang dan mendukung anaknya untuk berkembang. “Saya dan saudara saya seperti saat ini tak lepas dari kasih sayang yang beliau berikan,” terangnya.
Dokter Murtedjo meninggalkan banyak jejak kebaikan yang ia tabur selama hidupnya. Di FK Unair sendiri, dokter kelahiran Surabaya, 4 Juni 1951 ini menggawangi adanya Dokter Pendidik Klinik (Dokdiknik). Yang memungkinkan staf pegawai rumah sakit pendidikan ikut mengajar di fakultas kedokteran.
Ini dibenarkan oleh Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr., Sp.BS(K) Wakil Dekan 2 FK Unair.
“Seiring banyaknya PPDS yang belajar di FK Unair, jika hanya diajar oleh dosen FK Unair saja tidak akan cukup. Karena atas inisiatifnya beliau mengusulkan adanya program Dokdiknik tersebut. Dan kini lahirlah banyak dokter spesialis berkat beliau,” terangnya seusai upacara penghormatan terakhir di halaman Aula FK Unair, Minggu (13/3/2022).
Hingga saat ini, Dokdiknik diberlakukan di banyak instutusi pendidikan kesehatan yang berafiliasi dengan rumah sakit.
Selama masa pengabdiannya, dokter berusia 70 tahun ini memiliki banyak jabatan di RSUD Dr. Soetomo Antara lain Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian, Wadir Pelayanan Medik dan Plt. Kepala Instalasi Rawat Darurat.
Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Pengembangan Paliatif Bebas dan Nyeri, Ketua Forum Pers dan Kepala Instalasi Rawat Darurat.
Dr. Anang Endaryanto, dr., Sp.A(K) Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Dr. Soetomo menambahkan, Dokter Urip meninggalkan banyak jasa di RSUD Dr. Soetomo.
Gedung Paliatif RSUD Dr. Soetomi ada atas pemikiran dan keringat almarhum. Pun dengan Gedung IGD yang saat ini menjadi IGD terbesar di Indonesia.
“Itu tidak lain atas perjuangan beliau. Beliau ikut merintis, mengembangkan, dan mengkader dokter-dokter sehingga dua unit tersebut berdiri dan besar,” tuturnya.
Tak hanya itu saja, dokter Urip juga menjadi salah satu perintis layanan operasi kembar siam RSUD Dr. Soetomo bersama almarhum Dr. Agus Harianto, Sp.A(K). Yang hingga saat ini menjadi satu-satunya institusi dengan konsentrasi tersebut di Indonesia.
“Beliau tidak terlalu mengejar jabatan. Tapi menghasilkan begitu banyak produk yang melebihi kapasitas sebagai direksi. Jasa beliau akan kami ingat hingga saat ini.
Dokter Urip wafat meninggalkan istri, Drg. Wahyuni Widajati. Dan tiga orang anak Dr. Bramantyo Harwindo, SpB, Prasetyo Wibowo, S.Kom., M.E., dan Satrio Adhi Widowo, S.Kom. (man/iss)