Permasalahan banjir di Kota Surabaya saat musim penghujan, selain karena faktor topografi (kontur dan bentuk permukaan bumi) adapula hal lain seperti konektivitas saluran air atau sistem drainase yang kurang baik. Untuk itu, pembenahan terhadap sistem drainase, dianggap jadi langkah tepat untuk jangka panjang.
Eko Juli Kepala Bidang (Kabid) Drainase Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) Kota Surabaya, pada Radio Suara Surabaya Jumat (7/10/2022) mengatakan, buruknya konektivitas saluran pengaliran air baik yang primer, sekunder dan tersier, jadi indikator penyebab banjir suatu daerah.
“Ada saluran pemukiman juga. Bayangkan, kalau saluran primer, sekunder-nya bagus tapi di bagian pemukiman buruk, ya tetep banjir (pemukiman-nya). Apalagi kalau daerah itu topografi-nya cekung,” ungkapnya saat mengisi program Semanggi Suroboyo.
Untuk itu, lanjut dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sejak Juli 2022 lalu sudah melakukan berbagai perbaikan pada drainase-drainase di Kota Pahlawan, sebagai langkah jangka panjang pencegahan dan penanganan banjir. Estimasinya, paling lambat bisa diselesaikan pada awal Desember 2022 mendatang.
“Ada 55 titik perbaikan drainase, dan awal September ini sudah selesai 60 persen pengerjaannya. Yang sudah selesai sudah ada 15 titik, sisanya 40 targetnya sebelum awal Desember juga sudah nyusul selesai duluan,” papar Eko.
Dari ke-55 titik tersebut, Kabid Drainase Dinas SDABM itu menjelaskan jika dilaksanakan dengan skala prioritas, yang kebetulan pada tahun ini difokuskan di kawasan Surabaya kota dan Selatan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan anggaran yang bisa diajukan Pemkot Surabaya terkait proyek itu, karenanya perbaikan drainase ini akan dilakukan secara berkelanjutan di tahun berikutnya.
Sebagai informasi, Pemkot Surabaya telah menganggarkan dana sebesar Rp541,1 miliar untuk perbaikan drainase dalam APBD 2022. Rinciannya, Operasi dan Pemeliharaan Sistem Drainase sebesar Rp82,8 miliar, Rehabilitasi Saluran Drainase Perkotaan Rp100,1 miliar dan Pembangunan Sistem Drainase sebesar Rp357,3 miliar.
“Untuk kawasan rawan banjir yang belum ter-cover perbaikan tahun ini, dipastikan akan tetap terdampak. Contohnya untuk yang drainase di Basuki Rahmat, secara tidak langsung kawasan rawan seperti Tegalsari bisa diminimalkan potensi (banjirnya). Karena yang kita kerjakan itu hilir-nya, jadi mengalir semua kesitu,” terangnya.
Tidak hanya perbaikan drainase, dia mennyampaikan bahwa Pemkot Surabaya juga telah memastikan ada 67 titik rumah pompa yang siap dimaksimalkan untuk menyambut musim hujan. Selain itu, akan ada rencana untuk dilakukan penambahan.
Nantinya, setiap rumah pompa akan dipekerjakan operator dan petugas yang bertugas untuk melakukan penyaringan sampah. Unit PMK juga disiagakan untuk melakukan penyedotan air, jika nantinya ada genangan air.
“Ada juga Satgas Banjir, jumlahya sekitar 1200 orang. Mereka ada kerjasama kontrak dengan kita (Pemkot Surabaya) dan terdiri dari operator alat berat, driver truk pengangkut sampah atau bekas galian (sendimen). Serta ada yang punya tugas melakukan pengerukan di saluran kalau nanti ada indikasi mampet,” jelasnya.
Pemkot Surabaya juga, kata Eko, juga telah menyediakan layanan pengaduan melalui call center serta aplikasi Wargaku (Wadah Aspirasi Rukun Tetangga, Rukun Warga dan Kampung Unggul) yang bisa diunduh di handphone masing-masing warga.
“Jadi nanti tetap bisa menyampaikan keluhan apabila terjadi, petugas sudah standby di lapangan. Tinggal masyarakatnya, kalau bisa mohon juga bisa menjaga infrastruktur (saluran/drainase) tadi dengan paling mudah, dikurangi produksi sampah dan jangan dibuang sembarangan,” pungkasnya. (bil)