Imam Addaruqutni satu di antara pimpinan Muhammadiyah menjadi pembicara dalam Forum Religion of Twenty (R20) di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali.
Imam tampil hari ini bersama sejumlah tokoh agama dari negara lain, seperti Rabbi Silvina Chemen, Elder Gary E. Stevenson, Bishop Matthew Hassan Kukah, Ulil Abshar Abdallah dan Prof. Ahmet Kuru.
Imam Addaruqutni mengatakan bahwa Muhammadiyah sebagai perwakilan Islam berkemajuan selalu menyampaikan pesan damai. Sudah sejak lama Muhammadiyah mencoba mempromosikan nilai-nilai moral dan akhlaq, juga pendidikan.
“Hubungannya dengan sistem dan pendidikan. Muhammadiyah juga deklarasikan keterdesakan untuk promosikan kemajuan Islam,” kata Imam di acara R20, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11/2022).
Saat ini, kata Imam, kita berurusan dengan eksternal yang dipengaruhi keyakinan eksternal. Berurusan dengan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan peradaban manusia yang dipraktikkan berlebihan sesuai dengan kehidupan demokrasi. Misalnya di Iraq dan Suriah.
Menurut Imam, di titik-titik tertentu ada kelompok jadi radikal yang ingin mengganti sistem negara Indonesia.
“Kita perlu perbaiki kesalahpahaman, Muhammadiyah sebagai pendiri negara ini tidak pernah ingin mengubah landasan negara,” tegas Imam.
Muhammadiyah, lanjut Imam, memiliki 200 universitas yang mengakomodasi 1000-an mahasiswa non muslim. Bahkan di Nusa Tenggara Timur misalnya ada Universitas Muhammadiyah yang disebut Cristian Muhammadiyah University karena banyak mahasiswa non muslim di situ.
Forum Agama G20 atau R20 digelar PBNU bersama Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) di Nusa Dua, Bali, pada 2-3 November 2022. Ada 338 partisipan yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20, yang berasal dari 32 negara. Sebanyak 124 berasal dari luar negeri. Forum tersebut menghadirkan 45 pembicara dari lima benua.(faz/ipg)