PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional (Daop) 9 Jember akan melakukan evaluasi berkaitan perlintasan sebidang dengan kereta api di Desa Bayeman, Tongas, Probolinggo.
Seperti diketahui, di perlintasan itu, Kamis (13/1/2022) sore kemarin, kecelakaan kereta api dengan mobil Innova L 1172 MW mengakibatkan semua penumpang mobil itu tewas.
Tohari Pelaksana Harian (Plh) Manajer Humas DAOP 9 Jember mengatakan, pihaknya masih akan melakukan evaluasi sebelum memutuskan perlunya penutupan akses perlintasan sebidang di desa tersebut.
“Kami evaluasi dulu. Kami akan mengacu undang-undang. Kalau ternyata di sana ada jalur alternatif yang bisa lebih menjamin keselamatan, bisa saja kami usulkan untuk penutupan,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (14/1/2022).
Keberadaan perlintasan sebidang itu, kata Tohari, dia pastikan ada setelah keberadaan rel kereta api. Dia meyakini itu, karena perlintasan kereta di Jatim ini sudah ada sejak 1890-an silam.
Tohari mengakui, yang namanya perlintasan sebidang dengan kereta api tentu saja akan menimbulkan banyak potensi bahaya. Karena itulah, KAI sudah melakukan banyak upaya kolaborasi dengan pemerintah daerah setempat.
Salah satunya, Tohari mengeklaim, di lokasi kecelakaan itu sudah terpasang rambu-rambu peringatan perlintasan kereta api yang merupakan hasil koordinasi KAI dengan Pemda setempat.
“Kalau dari KAI sendiri kami sudah banyak mengupayakan. Beberapa kegiatan di antaranya penutupan perlintasan sebidang, baik yang merupakan cikal bakal perlintasan, juga perlintasan sebidang liar yang sudah mulai berkembang,” ujarnya.
Tohari mengatakan, pada 2022 ini Daop 9 Jember sudah berencana menutup sejumlah perlintasan sebidang yang dianggap memenuhi kriteria penutupan.
“Kami di tahun ini juga sudah ada program penutupan sebidang, terutama cikal bakal perlintasan yang marak dibangun warga sekitar. Ada tiga titik rencananya. Antara Stasiun Bayeman sampai Stasiun Probolinggo,” katanya.
Daop 9 Jember mencatat, di perlintasan sebidang yang ada di Desa Bayeman, Tongas, kecelakaan dengan kereta api terakhir terjadi pada sudah cukup lama. Sekitar 2014-an silam.
“Sebenarnya yang bertanggung jawab tentang peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang adalah Pemda. Tapi KAI selalu berkoordinasi dengan teman-teman di Dishub. Contohnya, ya pemasangan rambu itu upaya kami,” katanya.
Daop 9 Jember pun kembali mengimbau agar masyarakat pengemudi kendaraan bermotor yang hendak melintasi perlintasan sebidang dengan kereta api mendahulukan perjalanan kereta api.
“Karena kalau dari kami, kecelakaan itu terjadi karena adanya pelanggaran. Karena rambu-rambu sudah terpasang jelas. Kalau roda empat, jendela kanan kirinya harus dibuka supaya yakin betul pandangannya tidak terhambat,” ujarnya.
Sebelumnya, AKP Roni Faslah Kasatlantas Polresta Probolinggo menyampaikan, mobil yang terlibat kecelakaan denagn kereta ap itu berangkat dari Surabaya untuk urusan pekerjaan.
“Dugaan sementara, ini satu perusahaan dan sepertinya mau ke lokasi tambak. Karena di mobil itu banyak udang dan makanan-makanan tambak,” kata Roni kepada Radio Suara Surabaya Kamis petang kemarin.
Roni menyebutkan, kecelakaan itu karena jalur perlintasan yang ekstrem, menanjak dan menikung tanpa adanya palang pintu. Sehingga, pengemudi kesulitan melihat ke arah kanan dan kiri perlintasan lalu mobil itu tertabrak kereta dan terseret hingga 40 meter.
“Kronologinya, Innova dari Surabaya. Karena jalannya menanjak dan menikung, tidak ada palang pintu, kemungkinan tidak bisa melihat samping kiri. Karena habis nanjak langsung menikung ke kiri dan kecepatan kereta api tidak terlihat,” bebernya.
Roni mengatakan, identitas keempat korban di antaranya Andi Suwandi yang berada di belakang kemudi, lalu Felix yang berada di sebelah sopir, kemudian Andrew dan Suryajaya.
Andi diketahui merupakan warga Porong, Sidoarjo, sedangkan ketiga penumpang lainnya warga Surabaya.
Akibat kecelakaan itu, salah seorang dari keempat korban terlempar ke luar mobil. Sedangkan tiga di antaranya terjebak di dalam mobil.
Keempat jenazah lalu dibawa ke RSUD Tongas, Probolinggo.
Sebelumnya, beberapa pendengar SS yang sering melewati lokasi tersebut mengaku, perlintasan di Bayeman itu memang sudah lama tidak dilengkapi palang pintu. Begitu juga tidak ada petugas palang pintu di lokasi tersebut.
Lia Adji Suwito pendengar SS yang merupakan warga asli Tongas mengaku, lokasi tersebut tergolong lokasi rawan kecelakaan. Apalagi jika malam, tidak ada lampu penerangan di sekitar lokasi.
Ia juga menyebutkan, sebelumnya pernah terjadi kecelakaan mobil dan kereta di perlintasan itu.
Demikian halnya yang disampaikan Rudi pendengar SS yang setiap tahun melewati TKP.
“Mbah buyutku rumahnya di kampung itu. Hampir setiap tahun lewat perlintasan itu dan memang enggak kelihatan ada kereta apa enggak. Biasanya aku berhenti. Ada yang turun untuk nengok kanan kiri,” ujarnya.
Sementara Abdul Rohmah Hamzah mengatakan, perlintasan sebidang dengan kereta itu merupakan satu-satunya penghubung dengan dusun di kawasan itu.
“Di situ ada dusun yang memang hanya di situ akses jalan satu-satunya. Memang dari dulu tidak ada palang pintunya. Di situ juga tidak ada yang jaga. Di situ juga tikungan tajam lalu menanjak,” katanya.(den)