Dokter Brihastami Sawitri, Sp. KJ Psikiatri dari Rumah Sakit Airlangga Surabaya mengatakan siapa saja bisa menjadi pelaku bunuh diri, meskipun banyak studi yang mengungkapkan angka paling tinggi terjadi pada usia dewasa muda yaitu antara 20-30an tahun. Karena tidak sedikit juga studi yang menemukan fakta bunuh diri terjadi pada usia lansia.
Penyebab bunuh diri, kata Brihastami biasanya adalah karena akumulasi dari berbagai hal yang terjadi pada individu tersebut.
“Misalnya ada gangguan jiwa lainnya. Paling sering orang dengan depresi berat, sedih, putus asa, hopeless. Ada juga karena faktor biologis di otak yang membuat sedih. Stressor buat orang-orang macam-macam, ada yang soal financial, sosial, faktor relasi percintaan, akademik dan sebagainya,” terangnya saat dihubungi Radio Suara Surabaya, Rabu (23/2/2022).
Meskipun faktor pemicunya bermacam-macam, namun menurut Brihastami orang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri bisa dikenali gejalanya.
“Kita bisa mengamati kalau seseorang terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya misalnya pamit, mengucapkan salam perpisahan. Kalau seseorang tersebut mengalami depresi, kita bisa mengamati karena biasanya cenderung menarik diri dari pergaulan, minta maaf atas segala kesalahan,” jelasnya.
Pada orang berkepribadian introvert, gejala ini lebih sulit dikenali karena pelakunya memang tidak terlalu terbuka sehingga kalau ada perubahan perilaku orang di sekitarnya tidak terlalu memperhatikan.
Kalau ada orang dengan tanda-tanda tersebut Brihastami mengatakan, pertanda tersebut sudah merupakan red flag dan tidak bisa dianggap ringan bahkan diabaikan. Oleh karena itu dibutuhkan pendengar yang baik untuk mendengar keluh kesah orang tersebut.
“Mungkin kita lebih banyak mendengar kenapa dia seperti itu. Apa yang bisa kita bantu untuk dia. Yang jelas karena suicidal atau bunuh diri itu termasuk kegawat daruratan di bidang psikiatri . Lalu mendukungnya untuk melakukan pengobatan profesional,” kata Brihastami.
Saat ini pemerintah juga memasukkan pendampingan psikolog dalam layanan di fasilitas kesehatan milik pemerintah seperti di rumah sakit atau puskesmas. Sehingga menurutnya layanan ini bisa dimanfaatkan untuk meminta pertolongan dari profesional.
“Kalau ada perilaku percobaan bunuh diri menghubungi UGD nggak apa-apa karena dalam psikiatri itu termasuk kegawat daruratan. Sekarang banyak juga platform baik yang berbayar atau tidak yang bekerja sama dengan psikolog,” ujarnya.(dfn/ipg)