Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) berkolaborasi dalam “Kajian Kualitatif Pembangunan Ekonomi Hijau dan Kondisi Sosial Demografi Penduduk Indonesia” untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk dan lingkungan berkelanjutan di 34 provinsi di Indonesia. Kajian ini adalah bagian dari kajian kualitatif long form sensus penduduk 2020.
Ahmad Najib Burhani Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) BRIN mengatakan, pembangunan ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan merupakan salah satu perwujudan komitmen Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Ini sesuai dengan komitmen Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen di bawah business as usual pada 2030.
“Terdapat lima sektor utama dalam upaya untuk mengurangi emisi GRK, di antaranya kehutanan, energi, pertanian, industri, dan limbah,” ujarnya dalam siaran pers BRIN, Rabu (19/10/2022).
Najib mengungkapkan, temuan sementara kajian ini memperlihatkan pola pengembangan ekonomi hijau di Indonesia masih bersifat project driven, tidak terorganisasi dengan baik (unorganized), berskala kecil dan belum melakukan optimasi pada aset demografi. Hasil kajian kerja sama BPS dan BRIN akan disampaikan melalui kegiatan diseminasi yang diselenggarakan pada Oktober hingga November 2022.
“Tim peneliti akan menyampaikan hasil temuan penelitian terkait praktik ekonomi hijau yang sudah berlangsung di masyarakat Indonesia. Diseminasi ini setidaknya dapat menjadi media bagi peneliti untuk menyampaikan hasil penelitiannya serta diharapkan dapat menjadi bahan diskusi dan mendapatkan masukan dari para pembahas, pemangku kepentingan dan peserta diskusi lainnya untuk menyempurnakan kertas kerja yang disusun,” terangnya.
Diseminasi sendiri akan berlangsung di tujuh kota yaitu Palembang, Semarang, Balikpapan, Makassar, Ambon, Kupang dan Manokwari.
Anta Maulana peneliti BRIN yang mewakili tim Provinsi Maluku Utara mengatakan, praktik ekonomi hijau dapat menjadi solusi yang tepat untuk menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan sekaligus dapat meningkatkan nilai perekonomian di nelayan. Salah satu praktik ekonomi hijau yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah terkait dengan ecolabelling perikanan.
Sementara itu, Mario Surya Ramadhan peneliti BRIN lainnya yang mewakili tim Provinsi Maluku menjelaskan, Teluk Ambon dan Perairan Kepulauan Banda merupakan dua wilayah yang memiliki persoalan sampah laut yang memprihatinkan namun memunculkan inisiatif masyarakat berinovasi mengelola sampah dan menciptakan diversifikasi produk olahan kelapa.
Sedangkan Triyono menjelaskan peneliti BRIN dalam diseminasi regional Sulawesi, biogas babi telah diterapkan sebagai praktik ekonomi hijau di Desa Tumaluntung, Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu, Anggi Afriansyah memberi paparan dari tim Sulawesi Tengah menemukenali bahwa di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah warga memperkuat praktik ekonomi hijau berupa konservasi mangrove yang bermanfaat secara ekonomi maupun green barrier dari bencana tsunami.
Seperti yang diungkapkan Pandu Prayoga, peneliti dari tim kajian di Sulawesi Selatan adalah bahwa bank sampah di kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan memberi dampak sosial yang positif seperti interaksi warga semakin terjalin, dan perubahan paradigma masyarakat tentang sampah.
Selain hasil laporan penelitian, kedua lembaga itu menghasilkan laporan kebijakan (policy paper) serta film dokumenter jelajah praktik hijau Indonesia yang berjudul “Semai”. Dua produk riset ini akan dirilis dalam acara Indonesia Research and Innovation (INARI) Expo 2022.(tik/dfn)