Jumat, 22 November 2024

BMKG Minta Masyarakat Pesisir Jatim Waspadai Banjir Rob Sampai Tanggal 20 Mei

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Kondisi Dermaga Kalimas Surabaya setelah diterjang banjir rob. Salah seorang netter mengirimkan foto kondisi dermaga pada Jumat (28/5/2021) pagi. Foto: Twitter/hokilukito

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya meminta masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir Jawa Timur untuk mewaspadai potensi pasang air laut maksimum mulai tanggal 12-20 Mei 2022.

Daryatno Kepala BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya mengatakan, fenoemena banjir rob di pertengahan bulan lebih terasa dibandingkan saat awal bulan.

“Fenomena banjir rob disebabkan grativasi saat bulan purnama. Sebenarnya ini kejadian yang setiap bulan terjadi dua kali. Cuma kalau yang pertengahan bulan ini yang dirasakan signifikan, kalau yang awal-awal bulan nggak terasa,” kata Daryatno kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (17/5/2022).

Hari Selasa ini, lanjut Daryatno, banjir rob dirasakan lebih signifikan dibanding hari-hari sebelumnya.

“Puncaknya hari ini tadi jam 11-12 siang, tapi jam 10 sudah mulai ada genangan. Sekarang sudah mulai surut. Kemarin juga ada banjir rob, tapi hari ini lebih signifikan. Kalau hari-hari sebelumnya genangan tingginya mulai dari 10-30 cm, tapi hari ini lebih hampir 40 cm karena roda mobil  sampai tenggelam,” imbuhnya.

Menurutnya banjir rob masih akan berpotensi terjadi di wilayah pesisir beberapa hari ke depan karena bentuk bulan purnama yang bulat sempurna.

Lebih lanjut Daryanto menjelaskan, apabila banjir rob disertai hujan ekstrem dan curah hujan tinggi membuat volume air laut bertambah sehingga memicu potensi genangan air.

“Apalagi kalau ada angin kencang, gelombang tinggi di laut bisa sampai masuk wilayah bibir pantai. Imbasnya pesisir bisa terganggu sehingga aktivitas warga pesisir ikut terganggu. Biasanya berpengaruh pada tambak garam dan tambak ikan warga, petani tambak akan merugi,” jelasnya.

Terlebih di bulan Mei seperti saat ini, kata Daryanto, yang meskipun sudah memasuki musim peralihan ditandai dengan curah hujan mulai menurun, namun masih berpotensi terbentuk awan cumulonimbus di beberapa titik.

“Memang curah hujan sudah mulai menurun tapi masih berpotensi munculnya awan cumulonimbus yang tumbuh di beberapa titik yang bisa menyebabkan angin kencang, puting beliung dan banjir lokal. Di musim ini angin dan hujan turun secara sporadis tapi tidak terlalu lama,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs